Disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Makro Ekonomika Pengantar
Dosen Pengampu:
Dr. Dra. Mamik Indrayani,Ms
Disusun oleh:
Anisatul Umamah
NIM : 201511069
Prodi: Manajemen 1/B
Tahun Pelajaran
2015 - 2016
Universitas
Muria Kudus
Gondangmanis, Kec. Bae, Kab. Kudus, Jawa Tengah 59324
Telp,
(0291) 438229. Fax, (0291) 438229. Email,muria@umk.ac
KATA PENGANTAR
Atas
limpahan rahmat dan karunia Allah SWT yang telah memberikan rahmat,hidayah,
serta inayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang Naiknya Dolar
terhadap Inflasi di Indonesia. Makalah ini saya susun untuk melengkapi tugas
mata kuliah Makro Ekonomika Pengantar, dari Dosen Dr. Dra. Mamik Indrayani,Ms. Dalam menyajikan
Makalah ini saya sengaja menjelaskan secara praktis dan pokok-pokoknya saja,
namun demikian pembahasanya diusahakan cukup mendalam
Kami
menyadari bahwa Makalah ini masih terdapat kekurangan. Seiring perkembangan
zaman globalisasi ini. Seperti pepatah mengatakan yang tidak pernah using
“Tiada gading yang tak retak”, oleh karna itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat saya terima.
Harapan
saya, kiranya Makalah ini dapat bermanfaat bagi para pihak-pihak yang
memerluhkan. Terimakasih saya sampaikan kepada pihak pihak turut serta dalam
mendukung pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat. Amin.
Penulis
Daftar Isi
Kata
Pengantar ……………………………………………………….....…
Daftar isi……………………………………………………………...........
BAB
1 Pendahuluan
Latar Belakang……………………………………....................................
Fakta
dan Data yang mendukung...........................……………….............
Alasan
penulis mengambil judul………………........…………………......
BAB
2
Masalah.............…………………………………………………………....
BAB
3
Tujuan………………………………………………………………...........
BAB
4 Pembahasan Topik
Pembahasan
tentang Naiknya Dolar USD..................................................
Pembahasan
tentang Inflasi di Indonesia....................................................
Pembahasan
tentang Naiknya Dolar terhadap Inflasi di Indonesia..............
BAB
5 Penutup
Kesimpulan.................................................................................................
Saran
............................................................................................................
Daftar
Pustaka...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Menurut Ekonom Salvatore, definisi
nilai tukar adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya atau nilai
suatu mata uang terhadap nilai mata uang lainnya. Nilai tukar mata
uang pada suatu negara bersifat fluktuatif dan dinyatakan dalam
perbandingan dengan mata uang negara lain. Jika nilai mata uang menguat maka
nilai ekspor produk dari negara tersebut akan menjadi lebih tinggi dan sebaliknya
jika nilai mata uang melemah, maka nilai impor barang dari negara lain akan
lebih rendah atau murah.
Menurut
beberapa ahli mengatakan nilai tukar rupiah yang terus melemah akhir-akhir ini murni
disebabkan oleh faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal yang menyebabkan
anjloknya rupiah seperti: Aksi borong dolar yang dilakukan spekulan asing menjelang
akhir tahun 2014, Kebijakan moneter Eropa dan Jepang yang melemahkan Euro dan
Yen. Menguatnya Dolar sebagai imbas membaiknya data ekonomis Paman Sam dan
keinginan AS menaikan suku bunga lebih cepat dari perkiraan. Dan akhirnya dari
naiknya dolar USD menyebabkan kegiatan Ekonomi Luar Negri atau Ekspor Impor
menjadi terganggu, dengan naiknya harga harga barang yang mengunakan mata uang
USD. Indonesia saat ini masih melakukan impor bahan baku, terutama pada beras
dan kedelai, yang membuat harga beras, tempe dan tahu dipasar lokal yang
mengunakan bahan baku impor menjadi naik.
1.2 Fakta atau Data yang mendukung
Nilai
tukar Rupiah terhadap dolar Amerika (USD) beberapa bulan terakhir terus
mengalami pelemahan. Nilai tukar selalu berada di atas Rp 13.000 per USD. Yang
menjadikan seluruh barang barang impor menjadi naik di Indonesia, yang
akibatnya banyak yang terjadi Inflasi. Meski demikian, pemerintah selalu
membela diri dengan menyebut pelemahan Rupiah terjadi karena sentimen global.
Fundamental ekonomi Indonesia masih sangat kuat.
Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo
menyebut pelemahan nilai tukar Rupiah tidak bisa ditahan dari dalam negeri
karena ini dampak dari penguatan mata uang Amerika Serikat. Tidak hanya Rupiah,
mata uang negara lain juga sedang melemah karena menguatnya USD. "Penguatan
USD ini sesuatu yang tidak bisa ditahan, karena ekonomi AS membaik,"
ujarnya di Hotel Novotel, Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (31/7).Berikut
ulasannya:
1.
Rupiah melemah karena kebijakan China
Nilai
tukar Rupiah masih belum menunjukkan tanda-tanda akan menguat. Hal ini terjadi karena
kebijakan China yang dengan sengaja mendevaluasi mata uangnya hingga 2 persen.
Yuan terus melemah terhadap USD. Satu-satunya mata uang diharapkan bisa melawan
dominasi USD adalah Yuan. Sayangnya, pergerakannya saat ini cenderung
melemah seiring dengan langkah PBoC mendevaluasi Yuan atau dengan kata lain
laju Yuan sengaja dilemahkan untuk kebutuhan ekspor China. Kondisi ini membuat
nilai tukar mata uang negara berkembang, termasuk Rupiah, terpukul.
2.
Terburuk sejak krisis 1998
Nilai
tukar Rupiah yang nyaris menyentuh angka Rp 13.800 per USD merupakan terburuk
sejak krisis 1998. Head of Research NH Korindo Securities Indonesia Reza
Priyambada melihat, awan gelap masih menyelimuti pergerakan Rupiah.
"Harapan kami akan terbatasnya pelemahan Rupiah tidak terjadi," ujar
Reza melalui riset hariannya, Rabu (12/8).
3.
Pelemahan Rupiah terburuk se-Asia
Pelemahan
atau penurunan nilai tukar Rupiah ternyata menjadi terburuk se-Asia. Media CNBC
menyebut, Rupiah melemah hingga 1,7 persen terhadap USD dan menyentuh titik
terendah sejak Juli 1998. Sedangkan ringgit Malaysia hanya melemah 1,4 persen
ke level terendah sejak September 1998.Dolar Singapura, dolar Taiwan dan Peso
Filipina juga turun hingga menyentuh titik terendah dalam lima tahun terakhir.
Namun, penurunannya tidak sebesar yang dirasakan Indonesia.
4. Bank Indonesia
akui Rupiah merosot terlalu dalam
Gubernur
Bank Indonesia, Agus Martowardojo mengakui pelemahan Rupiah terhadap dolar
Amerika Serikat (USD) sudah terlalu dalam (overshoot). Dengan kata lain, mata
uang garuda telah berada jauh di bawah nilai fundamentalnya
(undervalued)."Menyikapi perkembangan tersebut, Bank Indonesia telah dan
akan terus berada di pasar untuk melakukan upaya stabilisasi nilai tukar
rupiah," katanya, Jakarta, Rabu (12/8).
5.
Ekonomi Indonesia terpuruk
Kondisi
ekonomi nasional tengah terpuruk. Faktanya, ekonomi tumbuh melambat sepanjang
semester I tahun ini. Data terakhir dilansir Badan Pusat Statistik (BPS)
menyebutkan, pada triwulan II 2015 ekonomi cuma tumbuh 4,6 persen.
Kondisi
di pasar saham juga tak karuan. Indeks Harga Saham Gabungan melorot, terjun
2,66 persen atau 123 poin ke level 4.622 pada penutupan perdagangan kemarin.
Kondisi rupiah tak kalah memprihatinkan.
6. Bagus
untuk pariwisata
Deputi
Gubernur Senior Bank Indonesia, Mirza Adityaswara tidak melulu menyebut
pelemahan Rupiah berdampak buruk bagi perekonomian Indonesia. Di dalam negeri,
Mirza menambahkan, pihaknya memandang rupiah sudah cukup kompetitif untuk
ekspor manufaktur dan mendorong turis masuk ke Indonesia. Sementara itu,
perkembangan Rupiah juga dipengaruhi oleh pembayaran utang dan deviden secara
musiman, khususnya di triwulan II.
1.3 Alasan mengambil judul Naiknya Dolar terhadap
Inflasi di Indonesia
Alasan
mengapa saya mengambil judul Makalah tentang Naiknya Dolar terhadap Inflasi di
Indonesia karena pada pertengan tahun 2015 ini Indonesia sedang dihebohkan
dengan naiknya USD dan berimbas mata uang bangsa Indonesia yaitu Rupiah akan
merosot nyaris mencapai 13.800 perdolar Amerika. Dan menyebabkan barang barang
yang di Impor dari luar negri menjadi mahal. Hal ini yang menyebabkan saya
tertarik untuk mengulas masalah ini lebih dalam untuk mengetahui perkembangan
keuangan Indonesia dan apa masalah yang terjadi didalamnya.
BAB II
MASALAH
Berikut
adalah berbagai masalah yang muncul akibat kurs dolar Amerika naik dan inflasi
di Indonesia:
1. Biaya Impor
Menjadi Semakin Mahal
2. Beban
Hutang Negara dan Perusahaan Swasta Makin Berat
Pemerintah
seringkali perlu berutang guna menjalankan pembangunan, baik secara langsung ke
lembaga atau negara tertentu, maupun dengan menerbitkan obligasi (surat utang).
Perusahaan-perusahaan swasta pun seringkali perlu berutang dulu untuk
mengembangkan usahanya. Jika utang- utang ini dilakukan dalam bentuk Dolar AS,
maka pengembaliannya pun harus dilakukan dengan mata uang yang sama, walaupun
kurs Rupiah saat pengembalian utang berbeda dengan saat pemberian hutang. Namun
selama beberapa tahun terakhir ini, Pemerintah lebih banyak berhutang dalam
Rupiah, sehingga risiko krisis jadi lebih kecil. Walaupun demikian, sebagian
hutang Pemerintah Indonesia masih ada yang berdenominasi Dolar AS, begitu pula
banyak sekali utang- utang perusahaan swasta dalam mata uang tersebut, sehingga
ketika kurs Rupiah melemah akan tetap terasa efeknya.
Selain
itu semua, perusahaan yang terkena hutang juga pasti akan mengambil langkah
cepat agar hal ini tidak berlangsung berlarut larut, akibatnya perusahaan akan
meningkatkan harga jual produk dipasaran yang akan menyulitkan masyarakat
khususnya bagi masyarakat menengah kebawah.
3.
Harga bahan baku impor akan naik
Kenaikan harga
barang impor ini akan buruk sekali bagi industri yang berbahan baku impor,
misalnya industri tempe dan tahu. Kebutuhan kedelai Indonesia sebagian besar
dipenuhi dari impor, sehingga bila kurs Rupiah melemah terus menerus, maka
harga kedelai akan makin menjulang tinggi dan dampaknya harga tempe dan tahu
naik, serta industrinya terancam gulung tikar. Semakin banyak industri berbahan
baku impor di Indonesia, maka dampak kurs rupiah melemah terhadap perekonomian
akan semakin berat
Selain karena perusahaan-perusahaan di
industri itu terancam tutup, para pegawainya bisa di-PHK dan pertumbuhan
ekonomi juga terancam melambat. Padahal jumlah industri berbahan baku impor ini
banyak terdapat di Indonesia. Meningkatnya beban anggaran negara karena
berdasarkan data Kementerian Keuangan, setiap rupiah melemah Rp100, defisit
anggaran bertambah Rp940,4 miliar-Rp1,21 triliun. Jadi, jika rupiah melemah
Rp1.000 sejak awal tahun, maka negara akan mengalami defisit anggaran sebesar
Rp9 triliun-Rp12triliun.
BAB III
TUJUAN
Tujuan
dari pembuatan makalah tentang Naiknya USD terhadap inflasi di Indonesia adalah
menemukan cara ataupun solusi yang dapat mengurangi masalah tersebut. Ada
berbagai cara untuk menguranginya. Berikut adalah beberapa solusi untuk menyikapi
naiknya dolar terhadap rupiah dan inflasi di Indonesia:
1. Kurangi
pembelian barang barang yang mengunakan dolar
2. Pemerintah Indonesia telah meminta untuk melakukan penjadwalan
hutang. Namun demikian, Pemerintah Indonesia tidak bisa sepenuhnya mendapatkan
keringanan karena menurut ketentuan IMF, penundaan pembayaran cicilan dan bunga
akan menimbulkan implikasi moratorium. Hal ini berarti bahwa Indonesia
bisa terkena default dan akan sulit menerima kredit baru. Dalam kasus
penjadwalan hutang ini, Indonesia boleh menunda pembayaran cicilan pokok
pinjaman, namun tetap membayar bunga pinjaman. Sehingga perusahaan yang hutang
dengan mata uang USD jangan terlalu cepat untuk menaikkan harga jual produknya.
3. Dengan
mengurangi import bahan baku, langkah pemerintah menghentikan ekspor
bahan mentah sudah tepat, sehingga industri dalam negeri akan dapat semakin
berkembang dan memproduksi produk yang berkualitas agar mampu bersaing di pasar
dalam negeri maupun global.
BAB IV
PEMBAHASAN TOPIK
4.1 Pembahasan tentang naiknya dolar USD
Dolar
Amerika adalah salah satu pembayaran yang dilakukan keluar negri yang diterima
diberbagai pihak. Faktor utama yang menyebabkan dolar naik adalah banyaknya
permintaan akan barng tersebut.dan inilah berbagai macam kegiatan yang
menyebabkan dolar terus naik dimata dunia, yaitu:
1. Import
Bila
suatu negara mengimpor barang dan jasa dari Amerika berarti importir harus
membayar dengan dolar. Oleh karna itu importir harus menukarkan mata uang yang
ia miliki dengan dolar, yang berarti dolar naik.
2. Berpergian
keluar negeri
Bila
suatu warna negara asing (bukan amerika) akan berkunjung ke Amerika, baikurusan
Dinas maupun wisata, maka untuk dapat bertransaksi dengan Amerika harus
mempergunakan Dolar. Oleh karena itu warga negara tersebut harus menukarkan
uangnya dalam bentuk Dolar.
3. Investasi
ke negara asing
Menanam
modal ke Amerika berarti harus mengunakan dolar. Sebab untuksemua transaksi
misalnya untuk membuat pabrik atau membayar pegawai harus mengunakan uang
setempat.
4. Spekulasi
Permintaan
dolar yang berkaitan dengan spekulasi terjadi bila nilai dolar terhadap rupiah
berfluktuasi tajam, dimana orang membeli dolar dengan harapan nilainya akan
naik terus.
4.2
Pembahasan
tentang Inflasi di Indonesia
Inflasi adalah suatu kejadian yang menunjukkan
kenaikan harga secara umum dan berlangsung secara terus menerus. Inflasi juga memicu harga mata uang berkelanjutan, seperti menurunya
mata uang rupiah terhadap mata uang dolar USD. Contoh inflasi di Indonesia yang
menyebabkan masalah masalah yang berdampak bagi masyarakat baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Contoh yang pokok di Indonesia adalah BBM,
seringkali di Indonesia harga Bahan Bakar Minyak naik dari waktu kewaktu.
Kenaikan BBM juga dipengarui oleh banyaknya permintaan dan kurangnya persediaan
BBM tersebut. Faktor faktor penyebab inflasi adalah sebagai berikut:
1.
Adanya permintaan yang tidak disertai
ketersediaan barang dan jasa (demand push inflation),
2.
Biaya produksi yang naik(cost push
inflation).
3.
Imported inflation : kenaikan harga
barang-barang impor.
4.3
Pembahasan
mengenai Naiknya Dolar terhadap Inflasi Di Indonesia
Jika ditelusuri
lebih dalam lagi, sebenarnya kenaikan dolar USD tidak selalu berdampak buruk
bagi Indonesia. Jika Pemerintah bisa menghentikan kegiatan ekspor bahan baku ke
luar negri, terutama bahan baku yang pokok seperti kedelai dan beras. Kita
dapat meminimalkan dampak tersebut.
Mengunakan produk
lokal juga salah satu cara yang dapat kita lakukan, apa salahnya jika kita
mengunakan produk dalam negri. Selain menguntungkan produsen dalam negri,kita
juga bisa lebih hemat karna tanpa ada biaya pajak atau yang lainya.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan
bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi melemahnya nilai tukar rupiah terhadap
dolar dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-
faktor internal terdiri dari perekonomian
Indonesia yang kurang mapan, pelarian modal kembali ke luar negeri (Capital
Flight), petidak stabilan politik- ekonomi di Indonesia, dan kultur
bangsa yang cenderung konsumtif dan boros. Sedangkan faktor eksternal berupa
keadaan ekonomi Amerika Serikat yang baik dan Rencana kenaikan suku bunga Bank
Sentral Amerika The Fed 2015.
Dampak positif
melemahnya nilai tukar rupiah Indonesia terhadap dolar Amerika Serikat bagi
perekonomian Indonesia.
Walaupun sebenarnya
melemahnya rupiah berdampak buruk bagi ketahanan ekonomi nasional, melemahnya
rupiah memiliki dampak positif seperti nilai gaji dalam Dolar AS akan
meningkat, meningkatkan daya saing produk Made in Indonesia di luar negeri,
selisih nilai tukar kurs lebih bagi pengekspor di Indonesia, harga barang
konsumsi impor akan naik,
Dampak negatif
melemahnya nilai tukar rupiah Indonesia terhadap dolar Amerika Serikat bagi
perekonomian Indonesia.Dampak negatifnya berupa beban utang negara dan swasta
makin berat, bahan baku impor akan naik, meningkatnya beban anggaran negara
karena berdasarkan data .
5.2 SARAN
Sebaiknya pemerintah segera melaksanakan upaya- upaya
dalam memperkuat nilai tukar rupiah terhadap dolar sehingga kelangsungan,
kesejahteraan masyarakat Indonesia akan naik dan tingkat inflasi tidak tinggi.
Memperkuat nilai tukar rupiah terhadap dolar maupun mata uang negara lain
sangat penting untuk ketahanan ekonomi Indonesia ditingkat global. Dengan
demikian masalah inflasi di Indonesia dapat ditangani dengan bijak.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar