BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Batik
merupakan salah kekayaan seni warisan budaya masa lampau, yang telah menjadikan
Negara Indonesia memiliki cirri yang khas di mancanegara. Perkembangan batik
yang sudah menempuh perjalanan berabad-abad silam, telah melahirkan berbagai
jenis dan corak batik yang khas disetiap daerahnya.
Kepopuleran batik Indonesia dikancah dunia. Untik itu bagai warga Negara
Indonesia kita harus bangga dan ikut mempertahankan warisan budaya ini agar
tidak punah dengan bergantinnya zaman. Batik Indonesia secara resmi diakui UNESCO dengan dimasukkan ke
dalam Daftar Representatif sebagai Budaya Tak-benda Warisan Manusia
(Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity) dalam
Sidang ke-4 Komite Antar-Pemerintah (Fourth Session of the Intergovernmental
Committee) tentang Warisan Budaya Tak-benda di Abu Dhabi.
Batik Kudus
mulai mencuri perhatian masyarakat beberapa tahun belakangan. Diakuinya batik
oleh UNESCO sebagai warisan dunia mendorong kebangkitan Batik Kudus yang sempat
punah antara tahun 1980-2000. Tren busana batik merambah lintas usia dan acara.
Saat ini,
Kudus memang lebih terkenal sisi industrinya dengan pabrik keretek. Sebelum
itu, batik sempat menjadi usaha massal warga Kudus, khususnya terkenal di
bagian Kudus Kulon. Tetapi, pada kenyataannya, sentra batik saat itu menyebar
di berbagai wilayah, seperti di Tanjung Karang, Dawe, dan Gebog. Dari sejumlah
literatur menyebutkan, batik Kudus mulai lahir pada abad 17, kemudian populer
dalam rentang waktu 1880 sampai 1940. Setelah itu sangat jarang ditemui.
Pembatik yang terkenal era itu di Kudus adalah GS Liem, TS Ing dan Pho An Nyo.
Batik Kudus tersalip oleh daerah lain, seperti Pekalongan, Tegal, Solo, dan
Yogyakarta, karena persaingan lokal yang sangat ketat antara pengusaha batik
pribumi dengan pengusaha batik keturunan Tionghoa. Beberapa dari pengusaha
pribumi tersebut akhirnya beralih ke berbagai jenis usaha lain, termasuk
industri keretek. Ini terjadi antara tahun 1870-1880.
Wajar jika
rentang waktu sekitar 20 tahun Batik Kudus seperti tak ada. Bahkan banyak orang
tak yakin Kudus punya tradisi batik. Hanya generasi tua dan pecinta batik yang
mengetehui sejarah Batik Kudus. Kekosongan sejarah membuat pengrajin batik,
seperti Yuli Astuti, yang baru menekuni sekitar lima tahun ini berusaha keras
meyakinkan calon pembeli tentang sejarah motif batik beserta filosifinya.
“Kadang saya mereka-reka dan membuat logis filosofi dari motif batik yang belum
saya ketahui,” keluh pemilik merek dagang Muria Batik Kudus
Dengan adanya karya tulis ini diharapkan dapat meningkatkan produktifitas,
popularitas, dan eksistensi budaya batik kudus sehingga dapat meningkatan
perekonomian masyarakat indonesia.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana cara mengatasi kesulitan tenaga kerja dalam Industri
Batik Muria Kudus?
2.
Bagaimana cara mengatasi kesulitan bahan baku yang sulit
didapatkan dalam Industri Batik Muria Kudus?
C. Tujuan
1.
Mengetahui cara mengatasi kesulitan tenaga kerja dalam
Industri Batik Muria Kudus.
2. Mengetahui cara mengatasi kesulitan bahan baku
yang sulit didapatkan dalam Industri Batik Muria Kudus.
BAB II
PROFIL INDUSTRI
A.
Sejarah Usaha
Pada era
tahun 1935 batik Kudus sudah mulai ada dan berkembang pesat pada era 1970an.
Corak dan motif batik Kudus sangat beragam karena pada masa itu pengrajin batik
Kudus ada yang dari etnis keturunan Cina dan pengrajin penduduk asli atau
pribumi.
Batik
Kudus coraknya lebih condong ke batik pesisiran ada kemiripan dengan batik
Pekalongan maupun Lasem karena secara geografis Kudus berdekatan. Batik Kudus
yang dibuat oleh pengrajin Cina dikenal dengan batik nyonya atau batik
saudagaran, yang mempunyai ciri khas kehalusan dan kerumitannya dengan
isen-isennya. Dan kebanyakan dipakai oleh kalangan menengah ke atas, motif yang
dibuat coraknya lebih ke arah perpaduan antara batik pesisir dan batik
mataraman (warna sogan).
Batik
Kudus yang dibuat oleh pengrajin asli Kudus atau pribumi dipengaruhi oleh
budaya sekitar dan coraknya juga dipengaruhi batik pesisiran. Motif yang dibuat
mempunyai arti ataupun kegunaan misalnya untuk acara akad nikah ada corak
Kudusan seperti busana kelir, burung merak dan adapula motif yang bernafaskan
budaya Islam atau motif Islamic Kaligrafi. Motif yang bernafaskan kaligrafi
karena dipengaruhi sejarah walisongo yang berada di Kudus yaitu Sunan Kudus
(Syech Dja’far Shodiq) dan Sunan Muria (Raden Umar Said), corak yang
bernafaskan Islam karena pengrajin batik banyak berkembang disekitar wilayah
Sunan Kudus atau dikenal dengan Kudus Kulon.
Salah
satu motif yang juga sangat dikenal di Kudus adalah motif kapal kandas menurut
sejarah yang dituturkan juru kunci Gunung Muria ada kaitan dengan sejarah kapal
dampo awang milik Sampokong yang kandas di Gunung Muria, menurut sejarahnya
pada masa itu terjadi perdebatan antara Sunan Muria (Raden Umar Said) dengan
Sampokong.
Menurut
Sampokong gunung yang dilewati adalah merupakan lautan tetapi Sunan Muria
keyakinan itu adalah gunung sampai akhirnya kapal Dampo Awang kandas di Gunung
Muria. Kapal tersebut membawa rempah-rempah dan tanaman obat-obatan yang sampai
sekarang tumbuh subur di Gunung Muria salah satunya adalah buah parijoto yang
diyakini oleh masyarakat sekitar untuk acara 7 bulanan supaya anaknya bagus
rupawan.
Dan
diantara tumbuhan yang ada di Gunung Muria adalah pohon Pakis Haji yang pada
zaman Sunan Muria dipakai sebagai salah satu tongkat Sunan Muria dan sampai
sekarang kayu pakis haji diyakini oleh masyarakat sekitar bisa mengusir hama
salah satunya tikus, karena motif tersebut mempunyai alur seperti ular dan
ukiran seperti kaligrafi.
Pada era
80an Batik Kudus mengalami kemunduran karena sudah tidak ada pengrajin yang
berproduksi lagi karena adanya perkembangan batik printing maka pengrajin batik
Kudus banyak yang gulung tikar dan akhirnya masyarakat Kudus lebih senang
bekerja sebagai buruh pabrik rokok karena banyaknya industri rokok di Kudus.
B. Modal
Modal Awal dari Usaha Home Industri ini mulai dari nol
secara pendidikan. Beliau harus menuntut ilmu secara terus-menerus dan biayanya
hingga mencapai 30.000.000.
Modal secara finnancialnya bermula dari angka
1.000.000 yang berasal dari uang milik
pribadi dan milik saudara.
C. Jumlah Produksi
Dalam satu bulan Industri Muria Batik Kudus dapat
menghasilkan 500 potong kain. Baik dalam kain katun maupun kain sutra.
D. Tempat
Pemasaran
Lokasi pemasaran dilakukan baik didalam negri
maupun diluar negri. Dalam negri misalnya ada beberapa outlet misalnya di
Kudus, Pekalongan, Solo. Dan tempat pemasaran luar negri sudah sampai di
Singapura, Brunai, dan Malaysia.
E. Tenaga Kerja
Faktor tenaga kerja memang sulit didapat. Beliau harus
mengajari calon-calon pekerja mulai dari nol. ???
F. Distribusi
Barang
Dalam distribusi barang maupun dalam penjualannya Beliau
lebih menekankan penjualan langsung terhadap konsumen. Karena akan lebih
mendekatkan konsumen dengan produsen,
sehingga dapat mengetahui kekurangan dari produk itu sendiri maupun jika ada
konsumen yang ingin berkonsultasi.
G. Teknologi
Teknologi yang digunakan masih manual dan benar-benar hand made. Adapun bahan dan peralatan yang digunakan untuk pembuatan Batik
Tulis adalah sebagai berikut :
Bandul. Bandul
dibuat dari timah, atau kayu, atau batu yang dikantongi. Fungsi pokok bandul
ialah untuk menahan mori yang baru dibatik agar tidak mudah tergeser ditiup
angin, atau tarikan si pembatik secara tidak disengaja. Jadi tanpa bandul
pekerjaan membatik dapat dilaksanakan.
Dingklik. Dingklik
merupakan tempat duduk orang yang membatik, tingginya disesuaikan dengan tinggi
orang duduk saat membatik.
Gawangan. Gawangan
terbuat dari kayu atau bambu yang mudah dipindah-pindahkan dan kokoh. Fungsi
gawangan ini untuk menggantungkan serta membentangkan kain mori sewaktu akan
dibatik dengan menggunakan canting.
Wajan. Wajan
ialah perkakas untuk mencairkan “malam” (lilin
untuk membatik). Wajan dibuat dari logam baja, atau tanah liat. Wajan sebaiknya
bertangkai supaya mudah diangkat dan diturunkan dari perapian tanpa
mempergunakan alat lain. Oleh karena itu wajan yang dibuat dari tanah liat
lebih baik daripada yang dari logam karena tangkainya tidak mudah panas. Tetapi
wajan tanah liat agak lambat memanaskan “malam”.
Anglo (Kompor). Anglo
dibuat dari tanah liat, atau bahan lain. Anglo ialah alat perapian sebagai
pemanas “malam”. Kompor dibuat dari Besi dengan diberi sumbu.. Apabila
mempergunakan anglo, maka bahan untuk membuat api ialah arang kayu. Jika
mempergunakan kayu bakar anglo diganti dengan keren; keren inilah yang banyak
dipergunakan orang di desa-desa. Kerena pada prinsipnya sama dengan anglo,
tetapi tidak bertingkat.
Tepas. Tepas
ini tidak dipergunakan jika perapian menggunakan kompor. Tepas ialah alat untuk
membesarkan api menurut kebutuhan ; terbuat dari bambu. Selain tepas, digunakan
juga ilir/kipas. Tepas dan ilir pada pokoknya sama, hanya berbeda bentuk. Tepas
berbentuk empat persegi panjang dan meruncing pada salah satu sisi lebarnya dan
tangkainya terletak pada bagian yang runcing itu.
Kemplongan. Kemplongan merupakan alat yang terbuat dari kayu yang berbentuk
meja dan palu pemukul alat ini dipergunakan untuk menghaluskan kain mori
sebelum di beri pola motif batik dan dibatik.
Canting. Canting
merupakan alat untuk melukis atau menggambar dengan coretan lilin malam pada
kain mori. Canting ini sangat menentukan nama batik yang akan dihasilkan
menjadi batik tulis. Alat ini terbuat dari kombinasi tembaga dan kayu atau
bamboo yang mempunyai sifat lentur dan ringan.
Taplak. Taplak
berfungsi untuk menutup dan melindungi paha pembatik dari tetesan lilin/malam
dari canting.
H. CSR (Taanggung
Jawab Lingkungan)
Tanggung jawab lingkungan yang sudah Beliau terapkan
adalah dengan merubah limbah dari air bekas ngelorot atau pencucian warna tadi
disaring sehingga warna air tidak sekeruh yang semula. Dan limbah lilin akan
didaur ulang kembali menjadi lilin lagi.
I. Ijin Usaha
Beliau sudah mendaftarkan ijin usahannya seperti SIUP,
NPWP, PIRT, dan juga ada Hak Merk dan Hak Cipta.
J. Rencana
Perluasan
Rencana perluasan selalu dilakukan baik didalam negri
maupun diluar negri. Contohnya saja Beliau selalu mengikuti event-event budaya
baik itu di dalam maupun luar negri. Seperti kemarin yang saya pernah ikuti
ditahun 2015 Komonitas Batik Muria Kudus mengikuti Karnaval Budaya di Semarang
tepatnya disimpang lima Semarang. Dan
pada akhir 2015 saya juga diikut sertakan di Universitas Muria Kudus hari jadi Waroeng
Prancis yang mengadakan Fashion Show Batik Kudus dengan Busana Prancis.
Kemudian yang kemarin baru saja berlangsung ada hunting foto di semarang dan
wawancara dengan trans 7 di
Lokasi Brown Canyon di daerah Pucang Gading.
Bab III
Pembahasan
Bab IV
Kesimpulan
Kesimpulanttgindustri yang saudaratulis,
potensidanpermasalahannyauntukmasukkepasar global
Rekomendasi, usulanapa yang
saudaraberikanuntukmeningkatkandayasaingnya.
DAFTAR PUSTAKA
7 okt 16
12 Okt. 16
http://www.muriabatikkudus.com/sekilas-tentang-sejarah-batik-kudus
20okt
http://batik-online-shop.blogspot.co.id/2012/08/proses-pembuatan-batik-dengan-warna-alam.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar