Entri Populer

Kamis, 30 Maret 2017

Potensi Dan Permasalahan Batik Kudus menuju Pasar ASEAN


 


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Batik merupakan salah kekayaan seni warisan budaya masa lampau, yang telah menjadikan Negara Indonesia memiliki cirri yang khas di mancanegara. Perkembangan batik yang sudah menempuh perjalanan berabad-abad silam, telah melahirkan berbagai jenis dan corak batik yang khas disetiap daerahnya.
Kepopuleran batik Indonesia dikancah dunia. Untik itu bagai warga Negara Indonesia kita harus bangga dan ikut mempertahankan warisan budaya ini agar tidak punah dengan bergantinnya zaman. Batik Indonesia secara resmi diakui UNESCO dengan dimasukkan ke dalam Daftar Representatif sebagai Budaya Tak-benda Warisan Manusia (Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity) dalam Sidang ke-4 Komite Antar-Pemerintah (Fourth Session of the Intergovernmental Committee) tentang Warisan Budaya Tak-benda di Abu Dhabi.
Batik Kudus mulai mencuri ­perhatian masyarakat beberapa tahun belakangan. Diakuinya batik oleh UNESCO sebagai warisan dunia mendorong kebangkitan Batik Kudus yang sempat punah antara tahun 1980-2000. Tren busana batik merambah lintas usia dan acara.
Saat ini, Kudus memang lebih terkenal sisi industrinya dengan pabrik keretek. Sebelum itu, batik sempat menjadi usaha massal warga Kudus, khususnya terkenal di bagian Kudus Kulon. Tetapi, pada kenyataannya, sentra batik saat itu menyebar di berbagai wilayah, seperti di Tanjung Karang, Dawe, dan Gebog. Dari sejumlah literatur menyebutkan, batik Kudus mulai lahir pada abad 17, kemudian populer dalam rentang waktu 1880 sampai 1940. Setelah itu sangat jarang ditemui. Pembatik yang terkenal era itu di Kudus adalah GS Liem, TS Ing dan Pho An Nyo. Batik Kudus tersalip oleh daerah lain, seperti Pekalongan, Tegal, Solo, dan Yogyakarta, karena persaingan lokal yang sangat ketat antara pengusaha batik pribumi dengan pengusaha batik keturunan Tionghoa. Beberapa dari pengusaha pribumi tersebut akhirnya beralih ke berbagai jenis usaha lain, termasuk industri keretek. Ini terjadi antara tahun 1870-1880.
Wajar jika rentang waktu sekitar 20 tahun Batik Kudus seperti tak ada. Bahkan banyak orang tak yakin Kudus punya tradisi batik. Hanya generasi tua dan pecinta batik yang mengetehui sejarah Batik Kudus. Kekosongan sejarah membuat pengrajin batik, seperti Yuli Astuti, yang baru menekuni sekitar lima tahun ini berusaha keras meyakinkan calon pembeli tentang sejarah motif batik beserta filosifinya. “Kadang saya mereka-reka dan membuat logis filosofi dari motif batik yang belum saya ketahui,” keluh pemilik merek dagang Muria Batik Kudus
Dengan adanya karya tulis ini diharapkan dapat meningkatkan produktifitas, popularitas, dan eksistensi budaya batik kudus sehingga dapat meningkatan perekonomian masyarakat indonesia.
B.  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana cara mengatasi kesulitan tenaga kerja dalam Industri Batik Muria Kudus?
2.      Bagaimana cara mengatasi kesulitan bahan baku yang sulit didapatkan dalam Industri Batik Muria Kudus?

C.  Tujuan
1.      Mengetahui cara mengatasi kesulitan tenaga kerja dalam Industri Batik Muria Kudus.
2.      Mengetahui cara mengatasi kesulitan bahan baku yang sulit didapatkan dalam Industri Batik Muria Kudus.



BAB II
PROFIL INDUSTRI
A.  Sejarah Usaha
Pada era tahun 1935 batik Kudus sudah mulai ada dan berkembang pesat pada era 1970an. Corak dan motif batik Kudus sangat beragam karena pada masa itu pengrajin batik Kudus ada yang dari etnis keturunan Cina dan pengrajin penduduk asli atau pribumi.
Batik Kudus coraknya lebih condong ke batik pesisiran ada kemiripan dengan batik Pekalongan maupun Lasem karena secara geografis Kudus berdekatan. Batik Kudus yang dibuat oleh pengrajin Cina dikenal dengan batik nyonya atau batik saudagaran, yang mempunyai ciri khas kehalusan dan kerumitannya dengan isen-isennya. Dan kebanyakan dipakai oleh kalangan menengah ke atas, motif yang dibuat coraknya lebih ke arah perpaduan antara batik pesisir dan batik mataraman (warna sogan).
Batik Kudus yang dibuat oleh pengrajin asli Kudus atau pribumi dipengaruhi oleh budaya sekitar dan coraknya juga dipengaruhi batik pesisiran. Motif yang dibuat mempunyai arti ataupun kegunaan misalnya untuk acara akad nikah ada corak Kudusan seperti busana kelir, burung merak dan adapula motif yang bernafaskan budaya Islam atau motif Islamic Kaligrafi. Motif yang bernafaskan kaligrafi karena dipengaruhi sejarah walisongo yang berada di Kudus yaitu Sunan Kudus (Syech Dja’far Shodiq) dan Sunan Muria (Raden Umar Said), corak yang bernafaskan Islam karena pengrajin batik banyak berkembang disekitar wilayah Sunan Kudus atau dikenal dengan Kudus Kulon.
Salah satu motif yang juga sangat dikenal di Kudus adalah motif kapal kandas menurut sejarah yang dituturkan juru kunci Gunung Muria ada kaitan dengan sejarah kapal dampo awang milik Sampokong yang kandas di Gunung Muria, menurut sejarahnya pada masa itu terjadi perdebatan antara Sunan Muria (Raden Umar Said) dengan Sampokong.
Menurut Sampokong gunung yang dilewati adalah merupakan lautan tetapi Sunan Muria keyakinan itu adalah gunung sampai akhirnya kapal Dampo Awang kandas di Gunung Muria. Kapal tersebut membawa rempah-rempah dan tanaman obat-obatan yang sampai sekarang tumbuh subur di Gunung Muria salah satunya adalah buah parijoto yang diyakini oleh masyarakat sekitar untuk acara 7 bulanan supaya anaknya bagus rupawan.
Dan diantara tumbuhan yang ada di Gunung Muria adalah pohon Pakis Haji yang pada zaman Sunan Muria dipakai sebagai salah satu tongkat Sunan Muria dan sampai sekarang kayu pakis haji diyakini oleh masyarakat sekitar bisa mengusir hama salah satunya tikus, karena motif tersebut mempunyai alur seperti ular dan ukiran seperti kaligrafi.
Pada era 80an Batik Kudus mengalami kemunduran karena sudah tidak ada pengrajin yang berproduksi lagi karena adanya perkembangan batik printing maka pengrajin batik Kudus banyak yang gulung tikar dan akhirnya masyarakat Kudus lebih senang bekerja sebagai buruh pabrik rokok karena banyaknya industri rokok di Kudus.
B.  Modal
Modal Awal dari Usaha Home Industri ini mulai dari nol secara pendidikan. Beliau harus menuntut ilmu secara terus-menerus dan biayanya hingga mencapai 30.000.000.
Modal secara finnancialnya bermula dari angka 1.000.000  yang berasal dari uang milik pribadi dan milik saudara.
C.  Jumlah Produksi
Dalam satu bulan Industri Muria Batik Kudus dapat menghasilkan 500 potong kain. Baik dalam kain katun maupun kain sutra.
D.  Tempat Pemasaran
Lokasi pemasaran dilakukan baik didalam negri maupun diluar negri. Dalam negri misalnya ada beberapa outlet misalnya di Kudus, Pekalongan, Solo. Dan tempat pemasaran luar negri sudah sampai di Singapura, Brunai, dan Malaysia.
E.  Tenaga Kerja
Faktor tenaga kerja memang sulit didapat. Beliau harus mengajari calon-calon pekerja mulai dari nol. ???
F.   Distribusi Barang
Dalam distribusi barang maupun dalam penjualannya Beliau lebih menekankan penjualan langsung terhadap konsumen. Karena akan lebih mendekatkan konsumen dengan  produsen, sehingga dapat mengetahui kekurangan dari produk itu sendiri maupun jika ada konsumen yang ingin berkonsultasi.
G. Teknologi
Teknologi yang digunakan masih manual dan benar-benar hand made. Adapun bahan dan peralatan yang digunakan untuk pembuatan Batik Tulis adalah sebagai berikut :
Bandul. Bandul dibuat dari timah, atau kayu, atau batu yang dikantongi. Fungsi pokok bandul ialah untuk menahan mori yang baru dibatik agar tidak mudah tergeser ditiup angin, atau tarikan si pembatik secara tidak disengaja. Jadi tanpa bandul pekerjaan membatik dapat dilaksanakan.
Dingklik. Dingklik merupakan tempat duduk orang yang membatik, tingginya disesuaikan dengan tinggi orang duduk saat membatik.
Gawangan. Gawangan terbuat dari kayu atau bambu yang mudah dipindah-pindahkan dan kokoh. Fungsi gawangan ini untuk menggantungkan serta membentangkan kain mori sewaktu akan dibatik dengan menggunakan canting.
Wajan. Wajan ialah perkakas untuk mencairkan “malam” (lilin untuk membatik). Wajan dibuat dari logam baja, atau tanah liat. Wajan sebaiknya bertangkai supaya mudah diangkat dan diturunkan dari perapian tanpa mempergunakan alat lain. Oleh karena itu wajan yang dibuat dari tanah liat lebih baik daripada yang dari logam karena tangkainya tidak mudah panas. Tetapi wajan tanah liat agak lambat memanaskan “malam”.
Anglo (Kompor). Anglo dibuat dari tanah liat, atau bahan lain. Anglo ialah alat perapian sebagai pemanas “malam”. Kompor dibuat dari Besi dengan diberi sumbu.. Apabila mempergunakan anglo, maka bahan untuk membuat api ialah arang kayu. Jika mempergunakan kayu bakar anglo diganti dengan keren; keren inilah yang banyak dipergunakan orang di desa-desa. Kerena pada prinsipnya sama dengan anglo, tetapi tidak bertingkat.
Tepas. Tepas ini tidak dipergunakan jika perapian menggunakan kompor. Tepas ialah alat untuk membesarkan api menurut kebutuhan ; terbuat dari bambu. Selain tepas, digunakan juga ilir/kipas. Tepas dan ilir pada pokoknya sama, hanya berbeda bentuk. Tepas berbentuk empat persegi panjang dan meruncing pada salah satu sisi lebarnya dan tangkainya terletak pada bagian yang runcing itu.
Kemplongan. Kemplongan merupakan alat yang terbuat dari kayu yang berbentuk meja dan palu pemukul alat ini dipergunakan untuk menghaluskan kain mori sebelum di beri pola motif batik dan dibatik.
 Canting. Canting merupakan alat untuk melukis atau menggambar dengan coretan lilin malam pada kain mori. Canting ini sangat menentukan nama batik yang akan dihasilkan menjadi batik tulis. Alat ini terbuat dari kombinasi tembaga dan kayu atau bamboo yang mempunyai sifat lentur dan ringan.
Taplak. Taplak berfungsi untuk menutup dan melindungi paha pembatik dari tetesan lilin/malam dari canting.
Peralatan Membuat Batik Tulis


H.  CSR (Taanggung Jawab Lingkungan)
Tanggung jawab lingkungan yang sudah Beliau terapkan adalah dengan merubah limbah dari air bekas ngelorot atau pencucian warna tadi disaring sehingga warna air tidak sekeruh yang semula. Dan limbah lilin akan didaur ulang kembali menjadi lilin lagi.
I.     Ijin Usaha
Beliau sudah mendaftarkan ijin usahannya seperti SIUP, NPWP, PIRT, dan juga ada Hak Merk dan Hak Cipta.
J.    Rencana Perluasan
Rencana perluasan selalu dilakukan baik didalam negri maupun diluar negri. Contohnya saja Beliau selalu mengikuti event-event budaya baik itu di dalam maupun luar negri. Seperti kemarin yang saya pernah ikuti ditahun 2015 Komonitas Batik Muria Kudus mengikuti Karnaval Budaya di Semarang tepatnya disimpang lima Semarang.  Dan pada akhir 2015 saya juga diikut sertakan di Universitas Muria Kudus hari jadi Waroeng Prancis yang mengadakan Fashion Show Batik Kudus dengan Busana Prancis. Kemudian yang kemarin baru saja berlangsung ada hunting foto di semarang dan wawancara dengan trans 7 di Lokasi Brown Canyon di daerah Pucang Gading.



Bab III
Pembahasan



Bab IV
Kesimpulan
Kesimpulanttgindustri yang saudaratulis, potensidanpermasalahannyauntukmasukkepasar global
Rekomendasi, usulanapa yang saudaraberikanuntukmeningkatkandayasaingnya.




DAFTAR PUSTAKA

7 okt 16
12 Okt. 16
http://www.muriabatikkudus.com/sekilas-tentang-sejarah-batik-kudus

20okt
http://batik-online-shop.blogspot.co.id/2012/08/proses-pembuatan-batik-dengan-warna-alam.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar