Entri Populer

Kamis, 30 Maret 2017

MODAL KERJA


BAB  I
Landasan Teori

A.  Pengertian Modal Kerja
Modal kerja merupakan investasi bagi perusahaan dalam bentuk tunai, surat berharga, piutang dagang dan persediaan dikurangi dengan hutang lancar atau dapat disebut modal kerja bersih (net working capital), sedangkan keseluruhan aktiva lancar dengan hutang lancar disebut modal kerja bruto (gross working capital).
Menurut Riyanto (2001:57-58) bahwa konsep modal kerja terbagi atas tiga konsep yaitu:
1.      Konsep Kuantitatif (Gross Working Capital)
Konsep ini tidak mementingkan kualitas modal kerja, yang dibiayai dengan setoran saham pemilik atau yang berasal dari hutang lancar maupun jangka panjang sehingga modal kerja yang besar belum tentu menjamin kelangsungan operasi perusahaan. Dalam konsep ini disebut modal kerja bruto (gross working capital).
2.      Konsep Kualitatif (Net Working Capital)
Pada konsep kualitatif tidak menitikberatkan pada kuantitas jumlah aktiva lancar atau modal kerja bruto, akan tetapi pada konsep kualitatif pengertian modal kerja adalah modal kerja netto (net working capital) jadi modal kerja yang hanya dikaitkan dengan besarnya jumlah hutang lancar dan hutang jangka panjang yang akan dibayar pada periode tersebut, dengan demikian sebagian dan jumlah aktiva lancar harus disediakan untuk memenuhi kebutuhan keuangan. Definisi konsep ini menunjukkan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar dari pada hutang lancar.
3.      Konsep Fungsional (Functional Working Capital)
Konsep ini menitikberatkan pada hasil usaha perusahaan yang berbentuk pendapatan (income) dari usaha pokok perusahaan. Setiap dana yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan, tetapi ada pula dana modal kerja yang digunakan periode ini tidak langsung dapat memberikan penghasilan bagi perusahaan pada periode ini, akan tetapi dari dana yang digunakan tersebut akan memberi penghasilan kepada perusahaan di waktu mendatang (future income) sehingga besarnya modal kerja adalah:
a.  Besarnya kas
b.  Besarnya persediaan
c.  Besarnya piutang (dikurangi besarnya laba)
d.   Besarnya sebagian dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap (besarnya adalah sejumlah dana yang berfungsi untuk menghasilkan current income tahun yang bersangkutan). Sedangkan bagian piutang yang merupakan keuntungan adalah tergolong dalam modal kerja potensial dan sebagian dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap yang menghasilkan future income (pendapatan tahun-tahun sesudahnya) termasuk dalam non working capital.
B.     Jenis-jenis Modal Kerja
Menurut Riyanto (2001:61) modal kerja dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu:
1.      Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)
Modal kerja permanen merupakan modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Permanent Working Capital ini dapat dibedakan dalam:
a.               Modal Kerja Primer (Primary Working Capital)
Modal kerja primer adalah jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya.
b.               Modal Kerja Normal (Normal Working Capital)
Modal kerja normal adalah jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luasnya persediaan produk yang normal atau dinamis, luasnya produk mengikuti jumlah penjualan produk pada perusahaan.
2.      Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)
Modal kerja variabel merupakan modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perolehan keadaan dan modal kerja ini dibedakan antara lain:
a.   Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital)
Modal kerja musiman adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah yang disebabkan oleh fluktuasi musim.
b.   Modal Kerja Siklis (Cyclical Working Capital )
Modal kerja siklis adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah yang disebabkan oleh fluktuasi konjungtur.

c.   Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital)
Modal kerja darurat adalah modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya, misalnya pemogokan karyawan, banjir, perubahan ekonomi yang mendadak dan lain-lain. Menurut Halim (2002:89-92) menyatakan bahwa besar kecilnya kebutuhan modal kerja tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah:
1)      Volume penjualan
Faktor ini adalah faktor yang paling utama, karena perusahaan memerlukan modal kerja untuk menjalankan aktivitasnya di mana puncak dari aktivitas penjualan, dari ini perusahaan bisa mengukur efektif dan efisiennya perkembangan pada karyawan dan perusahaan. 
2)      Pengaruh musim
Musim dapat mempengaruhi permintaan dari barang, maka penjualan akan berfluktuasi dan fluktuasi penjualan akan mengakibatkan perbedaan-perbedaan jumlah kebutuhan modal kerja dan inilah yang menimbulkan adanya modal kerja variabel.
3)      Perubahan teknologi
Perkembangan teknologi terutama yang berhubungan dengan proses produksi dapat mempunyai pengaruh yang tajam terhadap kebutuhan modal kerja.
4)      Kebijakan-kebijakan perusahaan
Beberapa kebijakan perusahaan yang diambil dapat mempengaruhi tingkat modal kerja baik permanen ataupun variabel. Jika perusahaan mengubah kebijakan kredit net 30 menjadi net 60, maka tambahan dana permanen mungkin terikat pada piutang. Jika perusahaan mengubah kebijakan produksi mungkin akan mempengaruhi kebutuhan persediaan. Perubahan tingkat minimum kas mungkin akan menaikkan atau menurunkan modal kerja.
Faktor-faktor lain untuk menentukan berapa besar modal kerja yang dibutuhkan:
1.      Besar kecilnya perusahaan
Besar kecilnya perusahaan, baik dari segi jumlah aktiva maupun dari segi tingkat penjualan, akan sangat mempengaruhi besarnya modal kerja. Sebuah perusahaan kecil mungkin memerlukan aktiva lancar ekstra dalam menghadapi goncangan-goncangan yang timbul karena perusahaan kecil mempunyai sumber kas masuk yang lebih sedikit dibanding perusahaan besar. Pada perusahaan kecil, keterlambatan pelanggannya dalam hal itu perusahaan kecil memerlukan modal kerja yang relatif lebih besar dari perusahaan besar jika dikaitkan dengan tingkat total aktiva atau total penjualan.
2.      Aktivitas perusahaan
Jika perusahaan harus menyediakan persediaan yang besar atau menjual dengan syarat kredit lunak akan memerlukan modal kerja yang lebih besar dibanding perusahaan yang menyediakan persediaan kecil akan menjual perusahaan atau menjual barangnya secara tunai.

3.      Tersedianya fasilitas kredit
Suatu perusahaan yang mempunyai fasilitas kredit misalnya hubungan dengan lembaga-lembaga kredit akan memerlukan modal kerja yang lebih kecil dibanding dengan perusahaan yang tidak mempunyai fasilitas kredit.
4.      Sikap terhadap laba
Modal kerja yang besar akan cenderung menurunkan tingkat laba. Oleh sebab itu ada manajemen yang mempunyai kebijakan memperbesar modal kerja walaupun akan menurunkan tingkat laba, ada pula manajemen yang mempunyai kebijakan tingkat modal kerja minimum untuk mempertahankan laba yang akan dicapai.
5.      Sikap terhadap risiko
Kas atau surat berharga yang relatif besar akan mengurangi risiko persoalan likuiditas. Dengan kata lain perusahaan yang tidak mau mengambil risiko persoalan likuiditas akan memperbesar jumlah kasnya yang berarti memperbesar modal kerja. 
C.    Pentingnya Pengelolaan Modal Kerja
Ada beberapa alasan yang menyebabkan pentingnya pengelolaan modal kerja, menurut Weston (2000:412) bahwa:
1.      Survei menunjukkan bahwa hampir semua manajer keuangan menyerahkan sebagaian besar waktunya untuk operasi internasional sehari-hari perusahaan dan hal ini merupakan bagian dari pengelolaan modal kerja
2.      Aktiva lancar merupakan bagian yang cukup besar dari total aktiva, umumnya sekitar 40 persen. Lebih jauh lagi, aktiva lancar berfluktuasi dengan penjualan dan penjualan berubah terus menerus. Hal ini mengharuskan manajer keuangan untuk memantau penjualan secara cermat untuk mengantisipasi perubahan penjualan sehingga bisa dipastikan bahwa aktiva yang ada mencukupi untuk memenuhi target penjualan.
3.      Pengelolaan modal kerja penting bagi perusahaan kecil, meskipun perusahaan kecil dapat memperkecil investasinya dalam aktiva tetap dengan menyewa atau mengkontrakkan gedung dan peralatan tapi tidak bisa menghindarkan investasi dalam bentuk kas, piutang, persediaan karena perusahaan relatif sukar memasuki pasar modal jangka panjang, maka mereka akan sangat bergantung pada utang dagang dan kredit jangka pendek, yang keduanya mempengaruhi modal kerja dengan menaikkan modal lancar.
4.      Pertumbuhan penjualan mempunyai hubungan yang erat dan langsung dengan investasi dalam bentuk aktiva lancar. Dengan bertumbuhnya penjualan, perusahaan harus menaikkan piutang dan persediaan dan uang kasnya pun mungkin perlu juga dinaikkan. Kenaikan penjualan juga akan menyebabkan perlunya tambahan persediaan dan juga uang tunai.
D.    Tujuan Manajemen Modal Kerja
Kebijakan-kebijakan perusahaan dalam mengelola modal kerja dimaksudkan untuk mencapai tiga tujuan yaitu:
1.      Likuiditas yang cukup
Jika perusahaan kurang cukup kas untuk membayar kewajiban-kewajiban yang segera harus dibayar, maka akan mengalami persoalan-persoalan yang beruntun. Tujuan yang paling penting dalam mengelola modal kerja adalah untuk mencapai likuiditas sedemikian rupa sehingga perusahaan dapat menjalankan kegiatan perusahaan sehari-hari.
2.      Meminimumkan risiko
Di dalam pemilihan terhadap sumber-sumber dana untuk membelanjai modal kerja, utang dagang dan utang-utang jangka pendek lainnya mungkin memerlukan biaya yang relatif lebih rendah dibanding sumber dana yang lain. Dengan demikian manajemen harus dapat menjamin bahwa kewajiban- kewajiban jangka pendek ini tidak menjadi berlebihan. Kesesuaian antara aktiva lancar dengan utang lancar merupakan tugas manajemen yang cukup berat. Manajemen berusaha meminimumkan risiko atas ketidakmampuan membayar kewajiban-kewajiban jangka pendek atau segera yang harus dipenuhi.
3.      Memperbesar nilai perusahaan 
Perusahaan mempunyai tujuan yang sama di dalam mengelola modal kerja maupun aktiva-aktiva lainnya yaitu berusaha memaksimumkan nilai sekarang atas saham biasa dan nilai perusahaan.
E.     Sumber-sumber Penawaran Modal
Nitisemito (1999:25-29) mengungkapkan bahwa sumber-sumber modal kerja terbagi atas:
1.  Pembagian sumber modal berdasarkan asalnya
Berdasarkan asalnya sumber-sumber penawaran modal dibedakan menjadi dua yaitu:

a.  Sumber Intern (Internal Sources)
Modal yang berasal dari sumber modal intern adalah modal atau dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri di dalam intern perusahaan  tersebut. Pembelanjaan perusahaan dengan menggunakan sumber modal yang berasal dari perusahaan sendiri disebut pembelanjaan dari dalam perusahaan. Untuk dapat melakukan pembelanjaan dari dalam perusahaan itu sendiri maka perusahaan harus mempunyai cadangan penyusutan (Depreciation Reserve) dan laba ditahan (Retained Net Profit).  Sebagaimana diketahui, setiap perusahaan yang mempunyai atau menggunakan aktiva tetap misalnya mesin-mesin, gedung dan sebagainya supaya pada saat nanti dapat menggantikan dengan yang baru perlu mengadakan penyusutan. Sedangkan laba ditahan, besar kecilnya tergantumg pada tingkat keuntungan yang dapat diperoleh oleh perusahaan. Semakin tinggi tingkat keuntungan maka semakin besar tingkat kemampuan perusahaan tersebut untuk menyediakan dana berupa laba yang ditahan.
b.   Sumber Ekstern (External Sources)
Sumber ekstern adalah sumber-sumber modal yang berasal dari luar perusahaan. Sumber-sumber ekstern ini dapat berupa modal pinjaman (modal asing) baik berupa uang, produk maupun yang lainnya. Modal asing ini dapat berupa modal jangka panjang. Selain sumber ekstern tersebut berupa modal asing, maka dapat juga modal sendiri yaitu berupa saham (bagi suatu perusahaan terbatas). Pengikutsertaan modal dalam perusahaan (andil) bagi bentuk-bentuk perusahaan yang  lain baik yang berasal dari pemilik semula maupun pemilik baru yang ikut serta dalam perusahaan.
2.   Pembagian sumber modal berdasarkan cara terjadinya        
Ditinjau dari cara terjadinya, sumber modal dapat disebutkan sebagai  berikut:
a.       Tabungan dari subyek-subyek ekonomi
Menurut ilmu ekonomi menabung adalah tidak mengkonsumsi pendapatan atau menyisihkan sebagian dari pendapatannya. Tabungan yang digunakan untuk mengkonsumsi tidak memperbesar modal sedangkan tabungan yang digunakan untuk investasi dapat memperbesar modal.
b.      Penciptaan atau kreasi uang atau kredit oleh bank-bank. Penciptaan uang tidak hanya dilakukan oleh bank sirkulasi saja tapi juga bank-bank dagang dapat melakukannya dengan menciptakan uang giral.
c.       Intensifikasi daripada penggunaan uang
Intensifikasi daripada penggunaan uang yang dipercayakan atau disimpan oleh masyarakat di bank tersebut. Perusahaan-perusahaan lain pun dapat mengintensifikasikan penggunaan uangnya yang sementara mengangsur misalnya dengan meminjamkan kepada perusahaan lain yang membutuhkan atau digunakan sendiri di dalam perusahaan untuk memperluas usahanya.

F.     Contoh Perhitungan Modal Kerja
Beberapa faktor yangz mempengaruhi modal kerja bagi suatu perusahaan antara lain sifat dan jenis kegiatan operasi perusahaan, lamanya proses produksi, syarat pembelian bahan baku dan syarat modal kerja penjualan, serta tingkat perputaran bahan baku dan barang jadi atau barang dagangan. Namun dari berbagai faktor yang paling mempengaruhi modal kerja adalah sifat dan jenis kegiatan operasi perusahaan (Munawir, 2001:116).
Dalam menentukan besar kecilnya akan kebutuhan modal kerja juga dipengaruhi oleh:
1.   Besar kecilnya kegiatan perusahaan (produk dan penjualan) dimana semakin besar kegiatan perusahaan maka semakin besar pula modal kerja yang dibutuhkan.
2.   Kebijakan perusahaan tentang penjualan (kredit atau tunai), persediaan besar saldo kas minimal, dan pembelian bahan baku atau barang dagangan dan lain-lain yang menyangkut kebutuhan jangka pendek.
Telah disebutkan bahwa yang mempengaruhi besar kecilnya kebutuhan modal kerja adalah besar saldo kas minimal, semakin efisien dalam mengelola kas maka semakin kecil saldo kas minimalnya dan           semakin kecil pula dana yang diperlukan untuk mendanainya. Ini berarti semakin kecil pula kebutuhan modal kerjanya. Kemudian kebutuhan dana untuk membelanjai persediaan dipengaruhi oleh kebijakan dalam menentukan besarnya persediaan, semakin besar persediaan maka semakin besar pula kebutuhan akan modal kerjanya.
Selain dari itu kebutuhan modal kerja juga sangat dipengaruhi oleh faktor kecepatan perputaran modal kerjanya atau periode terikatnya modal kerja. Semakin cepat atau tinggi perputarannya maka makin kecil kebutuhan modal kerjanya. Dalam hal ini perlu diingatkan bahwa kecepatan kegiatan operasi perusahaan sangat ditentukan oleh jenis dan sifat kegiatan operasi perusahaan.
Berikut ini adalah contoh perhitungan modal kerja menurut Riyanto (2001:59-60):
Aktiva Lancar:
Kas                                                                                                        Rp.   75.000,-
Efek                                                                                                      Rp. 180.000,-
Pihutang Dagang                                                                                  Rp. 150.000,-
Persediaan Barang                                                                                Rp. 120.000,-
J u m l a h                                                                                              Rp. 525.000,-

Aktiva Tetap:
Tanah                                                                                                    Rp.   75.000,-
Bangunan-bangunan                                                                             Rp. 360.000,-
Mesin-mesin                                                                                          Rp. 240.000,-
J u m l a h                                                                                              Rp. 675.000,-

Keterangan:
a)         Depresiasi setiap tahunnya:
Bangunan-bangunan                                                                             Rp.   22.500,-
Mesin-mesin                                                                                          Rp.   30.000,-
b)   Penjualan dengan kredit dengan profit margin sebesar 40%.

Beberapa pengertian yang menyangkut tentang unsur-unsur modal kerja untuk menentukan besarnya kebutuhan modal kerja yaitu:
1.   Modal kerja dalam pengertian seluruh aktiva lancar disebut juga (Gross Working Capital) dalam konsep kuantitatif.
2.  Modal kerja dalam artian jumlah aktiva lancar yang dikurangi hutang jangka pendek, disebut juga sebagai (Net Working Capital) dalam  konsep kualitatif.
3.   Modal kerja dalam artian seluruh dana yang diperlukan untuk menghasilkan laba satu tahun berjalan disebut juga sebagai modal kerja fungsional:


Modal Kerja (Working Capital)
Kas                                                                  Rp.   75.000,-
Persediaan Barang                                          Rp. 120.000,-
Piutang (60%)                                                 Rp.   90.000,-
Depresiasi Bangunan                                      Rp.   22.500,-
Depresiasi Mesin                                             Rp.   30.000,-
Jumlah                              Rp. 337.500,-

Bukan Modal Kerja (Non Working Capital )
Tanah                                                              Rp.   75.000,-
Bangunan                                                        Rp. 337.500,-
Mesin                                                              Rp. 210.000,-

Jumlah                                                       Rp. 622.500,-


Modal Kerja Potensiil (Potential Capital)                                       
Keuntungan dalam Piutang (40%)                  Rp.   60.000,-
Efek                                                                Rp. 180.000,-
Jumlah                              Rp. 240.000,-

G.    Perputaran Modal Kerja
Menurut Riyanto (2001:62-66) perputaran modal kerja merupakan kekayaan atau aktiva yang diperlukan perusahaan untuk melakukan kegiatan sehari-hari dan selalu berputar. Aktiva lancar (Current Asset Turnover) adalah aktiva yang pada umumnya akan berubah menjadi uang kas dalam satu periode akuntansi atau satu tahun. Di dalam penjelmaan aktiva lancar itu menjadi uang kas melewati beberapa tahap. Tahapan itu tercermin dalam pos-pos neraca, uang kas digunakan untuk membeli produk, untuk membayar upah dan gaji karyawan, biaya-biaya yang lain maupun biaya-biaya umum dan administrasi. Setelah dasar itu selesai diproses di dalam proses maka output itu akan timbullah piutang (apabila dijual secara kredit) atau langsung menjadi uang kas (apabila dijual secara tunai). Piutang tersebut kemudian akan ditagih atau dikumpulkan oleh perusahaan dan diperoleh kembali uang kas ke dalam perusahaan dan kemudian proses perputaran aktiva lancar tersebut berlangsung kembali seperti semula.
Gambar 1
Perputaran Modal Kerja

Banyaknya Produk,Upah/Gaji, dll.

           Kas                                                                   Persediaan Produk/Stock

                                                     Piutang

Sumber: Sudarmo (1999:27)
Periode perputaran modal kerja merupakan periode terikatnya modal kerja dimana periode itu adalah lama waktu yang diperlukan oleh uang kas untuk berputar di dalam peredaran usahanya melewati kas, piutang dagang, persediaan produk jadi, periode pengumpulan piutang dan kemudian menjadi uang kas kembali. Jumlah total dari periode tersebut merupakan periode perputaran modal kerja, maka untuk menghitung besarnya modal kerja menggunakan metode perputaran aktiva lancar.  Menurut Riyanto (2001:59-94) yang termasuk dalam analisis modal kerja adalah:
1.         Perputaran Kas (Cash Turnover)
Rasio ini digunakan untuk mengukur berapa besar efisiensinya penggunaan kas dalam menunjang operasi yang telah dijalankan oleh perusahaan. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:
Perputaran Kas =               
Efisiensi penggunaan kas dapat dianalisis dengan membandingkan rasio-rasio kas dari tahun ke tahun. Semakin tinggi tingkat perputaran kas berarti semakin kecil dana yang diinvestasikan dalam kas, sehingga semakin baik bagi perusahaan yang berati pula bahwa semakin tinggi penggunaan kasnya. Untuk mengetahui periode terikatnya kas dihitung dengan membagi hasil kerja dalam satu tahun dengan tingkat perputarannya:
Periode terikatnya kas = 360/tingkat perputaran kas.
Berikut ini adalah contoh perhitungan rasio perputaran kas (Riyanto, 2001:59-60):
Perputaran Kas =               
Diketahui:
Penjualan Bersih               : Rp. 4.000.000,-
Kas Awal Tahun               : Rp. 4.000.000,-
Kas Akhir Tahun               : Rp. 2.000.000,-
Perputaran Kas                =               
                                         =
                                         = 1,33 x
Artinya dana yang tertanam dalam kas rata-rata dalam satu tahun berputar sebanyak 1,33 kali.
Periode terikatnya kas = 360/tingkat perputaran kas
                                     = 360/1,33 = 270 hari
Artinya dana yang tertanam dalam kas rata-rata akan terkumpul selama 270 hari.
2.         Perputaran Piutang (Receivable Turnover)
Dari rasio ini dapat diketahui sejauhmana efisiensi perusahaan dalam menjalankan kebijaksanaan kreditnya. Apabila tingkat perputarannya rendah maka perusahaan tidak efisien dalam pengumpulan piutang atau perusahaan mengalami kesulitan dalam penagihan kreditnya. Perputaran piutang dapat diketahui dengan membandingkan antara penjualan kredit dengan piutang rata-rata. Perputaran piutang dapat dirumuskan:
Perputaran Piutang =
Tinggi rendahnya perputaran piutang mempunyai efek yang langsung terhadap besar kecilnya modal yang diinvestasikan dalam piutang. Makin turun perputarannya berarti makin pendek terikatnya modal piutang, sehingga makin kecil modal yang tertanam dalam piutang, demikian sebaliknya. Untuk mengetahui hasil rata-rata pengumpulan piutang dapat dihitung dengan membagi hari kerja dalam satu tahun dengan tingkat perputaran piutang:
Periode terikatnya piutang = 360/tingkat perputaran piutang.
Berikut ini contoh perhitungan perputaran piutang menurut Riyanto (2001:91):
                                                                                      1960                       1961
Net credit sales                                                   Rp. 100.000,00        Rp. 100.000,00
Receivables: permulaan tahun                            Rp.   20.000,00        Rp.   30.000,00
                     akhir tahun                                    Rp.   30.000,00        Rp.   10.000,00
Average receivables                                           Rp.   25.000,00        Rp.   20.000,00
Receivables turnover                                                       4 x                          5 x
Average collection period                                            90 hari                    72 hari
Berdasarkan data tersebut, maka perputaran piutang (receivables turnover) dan periode terikatnya piutang (average collection period) jika dihitung adalah sebagai berikut:
Tahun 1960:
Piutang rata-rata                             =  = Rp. 25.000,-
Perputaran Piutang                         =
                                                        = = 4 x
Artinya dalam satu tahun rata-rata dana yang tertanam dalam piutang berputar sebanyak 4 kali.
Periode terikatnya piutang             = 360/tingkat perputaran piutang
                                                        = 360/4
                                                        = 90 hari
 Artinya piutang dikumpulkan rata-rata setiap 90 hari sekali.
Tahun 1961:
Piutang rata-rata                             =  = Rp. 20.000,-
Perputaran Piutang                         =
                                                        = = 5 x
Artinya dalam satu tahun rata-rata dana yang tertanam dalam piutang berputar sebanyak 5 kali.

Periode terikatnya piutang             = 360/tingkat perputaran piutang
                                                        = 360/5
                                                        = 72 hari
Artinya piutang dikumpulkan rata-rata setiap 72 hari sekali.
3.         Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
Di dalam perusahaan dagang, perputaran persediaan pada dasarnya  adalah satu golongan yang sama yaitu persediaan barang dagang. Persediaan ini merupakan persediaan barang yang selalu dalam perputaran yang selalu dibeli dan dijual, yang tidak mengalami proses lebih lanjut di dalam perusahaan tersebut yang mengakibatkan perubahan bentuk dari barang yang bersangkutan. Perputaran persediaan dapat dirumuskan sebagai berikut:
Perputaran Persediaan =
Periode terikatnya persediaan dapat dihitung dengan membagi hari kerja dalam satu tahun dengan tingkat perputaran persediaan:
Periode terikatnya persediaan = 360/tingkat perputaran persediaan.
Berikut ini contoh perhitungan perputaran persediaan (inventory/merchandise turnover) menurut Riyanto (2001:70-71):
Persediaan barang 1/1-70                                                              Rp.   20.000,00
Pembelian selama 1 tahun                                                             Rp. 380.000,00
                                                                                                      Rp. 400.000,00
Persediaan barang 31/12-70                                                          Rp.   40.000,00
Harga pokok penjualan (cost of goods sold)                                 Rp. 360.000,00

Dari data tersebut di atas dapatlah dihitung turnover-nya sebagai berikut:
Persediaan rata-rata                  = = 30.000,00
Perputaran Persediaan              = = 12 x
Artinya dana yang tertanam dalam inventory berputar rata-rata 12 kali dalam setahun.
Hari rata-rata penjualan/hari rata-rata barang disimpan di gudang/periode terikatnya persediaan = 360/12 = 30 hari.
Artinya inventory berada di gudang rata-rata selama 30 hari.
4.         Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover)
Rasio ini menunjukkan banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja. Formulasi dari Working Capital Turnover (WCT) adalah sebagai berikut: (Riyanto, 2001:335)
WCT =                                                                                                                     
                                                                         
Berikut ini contoh perhitungan perputaran modal kerja (Working Capital Turnover/WCT) menurut Riyanto (2001:335):
Diketahui:
Penjualan Bersih               :  Rp. 4.000.000,-
Aktiva lancar                     :  Rp. 1.400.000,-
Utang lancar                      :  Rp.    560.000,-
WCT =                              
           =        
           = 4,76 x atau 4,8 x
Artinya dana yang tertanam dalam modal kerja berputar rata-rata 4,8 kali dalam setahunnya.                                                                                






















BAB  II
METODE  PENELITIAN

A.  Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini yaitu CV. Bima Berkah Mandiri yang beralamat di Jl. Ketilang No. 7 Kota Tegal.
B.     Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang tidak diperoleh langsung dari responden, melainkan telah disajikan oleh pihak lain dan diperoleh dari dokumen perusahaan dan beberapa literatur pendukung. Sumber data diperoleh dari laporan keuangan periode 2007-2009 pada CV. Bima Berkah Mandiri.
C.    Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dokumentasi dan studi kepustakaan:
1.   Metode dokumentasi dilakukan secara langsung dengan mencatat secara manual atau mengumpulkan data-data yang tercantum pada CV. Bima Berkah Mandiri yang berupa data laporan keuangan dari tahun 2007-2009.
2.   Metode studi kepustakaan dilakukan dengan mendapatkan data dari literatur dan buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan penelitian, yaitu mengenai modal kerja.

D.    Metode Analisis Data
1.         Analisis Besarnya Modal Kerja
Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui besarnya modal kerja (Working Capital):
a.  Besarnya modal kerja menurut konsep kuantitatif adalah semua elemen modal kerja, sehingga modal kerjanya adalah jumlah dari total aktiva lancar.
b.   Besarnya modal kerja menurut konsep kualitatif adalah selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancar.
c.  Besarnya modal kerja menurut konsep fungsional adalah:
Modal Kerja (Working Capital)
Kas                                                                  Rp ..................
Piutang Dagang (60%)                                    Rp ..................
Persediaan Barang                                          Rp ..................
Penyusutan Bangunan                                    Rp ..................
Penyusutan Peralatan Kantor                          Rp ..................
Penyusutan Kendaraan                                   Rp ..................
Total Modal Kerja                                                   Rp ..................
Bukan Modal Kerja (Non Working Capital )
Tanah                                                              Rp ..................
Bangunan                                                        Rp ..................
Peralatan Kantor                                             Rp ..................
Kendaraan                                                       Rp ..................

Total  Bukan Modal Kerja                                                               Rp ..................

Modal Kerja Potensiil                                                                      
Keuntungan dalam Piutang Dagang                          Rp ..................
Jumlah                                                                                               Rp ..................

2.   Analisis Perputaran Modal Kerja
Atas dasar kolom di atas dapat dihitung masing-masing perputaran dari elemen Aktiva Lancar yang meliputi:

a.               Perputaran Kas (Cash Turnover)
Rasio ini digunakan untuk mengukur berapa besar efisiensinya penggunaan kas dalam menunjang operasi yang telah dijalankan oleh perusahaan. Rasio ini dirumuskan Riyanto (2001:59-60) sebagai berikut:
Perputaran Kas =               
Efisiensi penggunaan kas dapat dianalisis dengan membandingkan rasio-rasio kas dari tahun ke tahun. Semakin tinggi tingkat perputaran kas berarti semakin kecil dana yang diinvestasikan dalam kas, sehingga semakin baik bagi perusahaan yang berati pula bahwa semakin tinggi penggunaan kasnya.
Untuk mengetahui periode terikatnya kas dihitung dengan membagi hasil kerja dalam satu tahun dengan tingkat perputarannya:
Periode terikatnya kas = 360/tingkat perputaran kas.
b.               Perputaran Piutang (Receivable Turnover)
Dari rasio ini dapat diketahui sejauhmana efisiensi perusahaan dalam menjalankan kebijaksanaan kreditnya. Apabila tingkat perputarannya rendah maka perusahaan tidak efisien dalam pengumpulan piutang atau perusahaan mengalami kesulitan dalam penagihan kreditnya. Perputaran piutang dapat diketahui dengan membandingkan antara penjualan kredit dengan piutang rata-rata. Perputaran piutang dapat dirumuskan Riyanto (2001:91) sebagai berikut:
Perputaran Piutang =
Tinggi rendahnya perputaran piutang mempunyai efek yang langsung terhadap besar kecilnya modal yang diinvestasikan dalam piutang. Makin turun perputarannya berarti makin pendek terikatnya modal piutang, sehingga makin kecil modal yang tertanam dalam piutang, demikian sebaliknya.
Untuk mengetahui hasil rata-rata pengumpulan piutang dapat dihitung dengan membagi hari kerja dalam satu tahun dengan tingkat perputaran piutang:
Periode terikatnya piutang = 360/tingkat perputaran piutang.
 c.              Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
Di dalam perusahaan dagang, perputaran persediaan pada dasarnya  adalah satu golongan yang sama yaitu persediaan barang dagang. Persediaan ini merupakan persediaan barang yang selalu dalam perputaran yang selalu dibeli dan dijual, yang tidak mengalami proses lebih lanjut di dalam perusahaan tersebut yang mengakibatkan perubahan bentuk dari barang yang bersangkutan. Perputaran persediaan dapat dirumuskan Riyanto (2001:70-71) sebagai berikut:
Perputaran Persediaan =
                                                                       
Periode terikatnya persediaan dapat dihitung dengan membagi hari kerja dalam satu tahun dengan tingkat perputaran persediaan:
Periode terikatnya persediaan =360/tingkat perputaran persediaan.

d.               Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover)
Rasio ini menunjukkan banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja. Formulasi dari Working Capital Turnover (WCT) adalah sebagai berikut:
WCT =                                                                                                                     
                                                                         (Riyanto, 2001:335)


















BAB III
ANALISIS KASUS

A.  Gambaran Umum CV. Bima Berkah Mandiri
1.         Sejarah dan Perkembangan Umum CV. Bima Berkah Mandiri
CV. Bima Berkah Mandiri Tegal berdiri sejak tahun 1995 dengan luas bangunan dan tanah 400M2 yang dirintis oleh Bapak H. Sriyadi. Pada awalnya Bapak H. Sriyadi bekerja di UD. Catra Upaya, yaitu sebuah distributor consumer food yang menyediakan produk makanan seperti produk Biskuit Nissin, Khong Guan, dan Monde, di mana memasarkan produknya di area modern market dan tradisional market yang berada di Purwokerto. Karena kegigihan dan keuletannya dalam bekerja beliau bisa memberikan  omset besar untuk UD. Catra Upaya, sehingga oleh perusahaan diberi  kepercayaan untuk membuka cabang/kantor baru di Tegal untuk bisa dikelola sebagaimana mestinya.
Kemudian kantor baru yang berada di Tegal segera dibuka dan diberi nama CV. Bima Berkah Mandiri, terletak di tengah-tengah pemukiman  penduduk agak jauh dari jalan raya di Jl. Ketilang No. 7 Kelurahan Randugunting Kecamatan Tegal Timur Kota Tegal. Maka mulailah Bapak H. Sriyadi melakukan aktivitasnya dengan merekrut karyawan sebanyak 6 orang untuk ditempatkan sesuai job dan bidangnya  masing-masing.
Dalam perkembangannya sampai sekarang jumlah karyawan di CV. Bima Berkah Mandiri Tegal, mengalami peningkatan dari 6 orang menjadi 12 orang. Hal ini dikarenakan semakin meningkatnya permintaan barang oleh konsumen. Sehingga persediaan dimanapun mengalami penambahan.
Dalam usahanya, CV. Bima Berkah Mandiri Tegal, mempunyai strategi bisnis yang kuat dengan berbagai titik atau sifat melakukan pendistribusian serta menciptakan sebuah pasar/toko dimana area/tempat tersebut bisa menjual semua produk yang ditawarkan oleh CV. Bima Berkah Mandiri Tegal.
2.         Struktur Organisasi CV. Bima Berkah Mandiri
Organisasi merupakan suatu wadah sekelompok orang yang terkoordinasi dengan baik dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab. Tujuan pembentukan organisasi adalah untuk mempermudah pekerjaan dan pelaksanaan tugas yaitu dengan wewenang dan tanggung jawab secara sistematis.
Manajemen harus menyusun suatu instruktur organisasi formal dengan mempersiapkan sumber daya manusia dan sumber fisiknya untuk melaksanakan dan mencapai tujuan, dengan demikian organisasi formal merupakan sistem tugas, hubungan wewenang, tanggung jawab, dan pertanggungjawaban oleh manajemen agar pekerjaan dapat dilakukan dengan baik.
Struktur organisasi CV. Bima Berkah Mandiri Tegal adalah struktur organisasi bentuk garis, digunakan karena kesederhanaan dan mengandung disiplin kerja suatu perusahaan akan mencerminkan pembagian kerja. Untuk lebih jelasnya struktur organisasi CV. Bima Berkah Mandiri Tegal dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 2
Struktur Organisasi CV. Bima Berkah Mandiri


 




                                                                                       


                                                                                           




Sumber: CV. Bima Berkah Mandiri (2010)
3.   Tugas dan Wewenang Masing-masing Bagian pada CV. Bima Berkah Mandiri
a.       Direktur
Direktur merupakan orang yang mempunyai hak penuh terhadap usaha yang telah dirintisnya. Tugas dan tanggung jawab Direktur adalah:
1)      Memegang kekuasaan penuh atau tertinggi dalam perusahaan.
2)      Bertanggung jawab atas kelancaran tugas dan mengendalikan serta menimbang dan mengkoordinasikan tugas kepada bawahan sesuai dengan tugas dan fungsinya.
3)      Menyusun rencana kerja secara sistematis sebagai dasar pedoman pelaksanaan tugas.
4)      Mengadakan penawaran dan membuat laporan terhadap hasil kegiatan dan mengevaluasi semua kegiatan guna menetapkan sistem yang efektif dan efisien.
b.      Supervisor
Supervisor merupakan orang yang sudah dipercaya oleh Direktur perusahaan untuk mengatur strategi. Tugas dan tanggung jawab supervisor adalah:
1)      Bertanggung jawab atas kelancaran aktivitas yang dilakukan oleh bawahannya yaitu salesman.
2)      Memberikan informasi berupa laporan penjualan bulanan hingga memenuhi target yang ingin dicapai perusahaan.
c.       Bagian Keuangan dan Administrasi
Bagian Keuangan dan Administrasi merupakan bagian organisasi yang sudah dipercaya oleh Direktur perusahaan untuk mengatur masalah keuangan. Tugas dan tanggung jawab Bagian Keuangan dan Administrasi adalah:
1)      Mengelola keuangan dan administrasi di perusahaan baik pengeluaran, penerimaan, maupun pengolahan pada laporan yang diberikan bawahannya yaitu staf administrasi umum.
2)      Menyusun rencana kerja administrasi dan melaksanakan administrasi ketatausahaan.
3)      Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.
d.      Kasir
Bagian ini berfungsi menerima kas dari salesman. Hasil penagihan dari toko yang berupa penyerahan kredit dan menyetorkannya ke bagian administrasi kas yang akan disetorkan ke bank.
e.       Administrasi Umum
Bagian ini berfungsi untuk mencatat transaksi penjualan tunai atau kredit di dalam jurnal penjualan dan transaksi return penjualan baik dari toko/pelanggan atau dari perusahaan kopabrik, serta penghapusan piutang di dalam jurnal umum.
f.       Salesman (Bagian Pemasaran)
Tugas dan tanggung jawab bagian pemasaran adalah:
1)      Melakukan promosi atas produk yang ada di perusahaan hingga terjadi transaksi antara salesman dengan toko/pelanggan.
2)      Bertanggung jawab atas keberhasilan gudang/produk serta keutuhan jumlah produk keseluruhan agar sesuai dengan pembukuan pengeluaran maupun penawaran produk.
g.      Driver & Helper
1)      Driver
Bagian ini bertugas untuk mengendarai mobil pengiriman produk hingga ke tempat tujuan toko/pelanggan yang sudah memesan produk.

2)      Helper
a)      Bagian ini bertugas membongkar produk mobil ke toko/ pelanggan, serta menerima tagihan atas faktur permintaan dari toko/pelanggan.
b)      Membuat laporan setoran atas penerimaan tagihan dari toko atau pelanggan.
4.   Aktivitas Distribusi CV. Bima Berkah Mandiri
Dengan adanya aktivitas dari perusahaan untuk kelancarannya maka yang utama perusahaan menyediakan produk-produk yang akan dipasarkan oleh salesman, yaitu dari pihak CV. Bima Berkah Mandiri Tegal memesan produk kepada  pabrik agar supaya dikirim ke CV. Bima Berkah Mandiri. Setelah produk datang akan diterima oleh gudang penerimaan yang akan dicek kembali keberadaan/keutuhan produk agar sesuai dengan faktur pemesanan yang disesuaikan dengan pesanan perusahaan.
Dengan adanya produk yang sudah ada maka salesman bergegas untuk mendistribusikan produk sebanyak-banyaknya hingga produk yang sudah dipesan oleh perusahaan berkurang dan akan terjadi transaksi pemesanan produk tersebut terjual maka akan sampai pula ke tangan konsumen/pemakai.
Untuk mengetahui secara skematis mengenai proses sirkulasi pemesanan produk pada CV. Bima Berkah Mandiri Tegal dapat dilihat pada gambar 3 sebagai berikut:

Gambar 3
Proses Sirkulasi Pemesanan Produk
Pabrik
                                                                               


 










Sumber: CV. Bima Berkah Mandiri Tegal
B.  Analisis Data dan Pembahasan
1.         Deskripsi Karakteristik
Sebelum data dianalisis, terlebih dahulu perlu dideskripsikan agar dapat diperoleh gambaran mengenai kondisi keuangan CV. Bima Berkah Mandiri Tegal. Penelitian ini mengambil data neraca dalam 3 tahun terakhir yaitu tahun 2007 sampai dengan tahun 2009. Deskripsi data secara lengkap dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.               Neraca Tahun 2007
Berdasarkan data sekunder yang tersedia pada CV. Bima Berkah Mandiri Tegal dapat diketahui bahwa neraca tahun 2007 adalah seperti yang tampak pada tabel 1 sebagai berikut:


Tabel 1
CV. Bima Berkah Mandiri Tegal
NERACA
Per 31 Desember 2007

Aktiva Lancar                                          Utang Lancar                                          
Kas                    Rp.   202.500.000                                       Utang Dagang   Rp.         1.316.202.000
Kas di Bank                            Rp.              100.000.000       Utang Pajak       Rp.        9.773.780
Piutang Dagang                       Rp.              1.021.156.000
Persediaan         Rp.  215.221.000              
                                                                                                        
Jumlah Aktiva Lancar  Rp. 1.538.877.000           Jumlah Utang Lancar                 Rp.           1.325.975.780 
                                                                 
Aktiva Tetap                                             Modal       
Tanah                                     Rp.              71.300.000         Modal Sendiri    Rp.        564.435.200
Bangunan          Rp. 149.615.790                        Laba Usaha                     Rp.            72.051.420          
Penyst.        Rp.  (7.480.790)                    
Nilai Buku         Rp. 142.135.000
Peralatan     Rp.   21.210.947
Penyst.        Rp.  (1.060.547)
Nilai Buku         Rp.   20.150.400                   
Kendaraan         Rp. 200.000.000
Penyst.        Rp. (10.000.000)                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                     Nilai Buku         Rp. 190.000.000
                                                                        
Jumlah Aktiva Tetap                Rp.    423.585.400                             Jumlah Modal Sendiri   Rp.       636.486.620            
Total Aktiva              Rp. 1.962.462.400  Total Pasiva                    Rp. 1.962.462.400
Sumber: CV. Bima Berkah Mandiri (2007)

1) Besarnya modal kerja menurut konsep kuantitatif adalah semua elemen modal kerja, sehingga modal kerjanya adalah jumlah dari total aktiva lancar sebesar Rp. 1.538.877.000
2) Besarnya modal kerja menurut konsep kualitatif adalah selisih antara Aktiva Lancar dengan Hutang Lancar, yaitu:
Rp. 1.538.877.000 – Rp. 1.325.975.780 = Rp. 212.901.220
3)  Besarnya modal kerja menurut konsep fungsional dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

      Modal Kerja (Working Capital)
Kas                                                                              Rp.    202.500.000
Kas di Bank                                                                Rp.    100.000.000
Piutang Dagang (60%*)                                                                           
(60% x Rp. 1.021.156.000)                                         Rp.    612.693.600
Persediaan                                                                   Rp.    215.221.000
Penyusutan Bangunan                                                Rp.        7.480.790
Penyusutan Peralatan Kantor                                      Rp.        1.060.547
Penyusutan Kendaraan                Rp.      10.000.000 
Total Modal Kerja                                                    Rp. 1.148.955.937
Bukan Modal Kerja (Non Working Capital)
Tanah                                                                          Rp.      71.300.000
Bangunan                                                                    Rp.    142.135.000
Peralatan Kantor                                                         Rp.      20.150.400
Kendaraan                                   Rp.    190.000.000
Total Bukan Modal Kerja                                        Rp.    423.585.400
Modal Kerja Potensial (Potensial Capital)                          
Keuntungan dalam Piutang Dagang (40%*­­)              
(40% x Rp. 1.021.156.000)                                         Rp.    408.462.400
*) Penjualan dengan kredit dengan profit margin sebesar 40%, sehingga yang diakui sebagai Piutang Dagang adalah sebesar 60% dari  nilai Piutang Dagang dan keuntungan dalam Piutang Dagang adalah sebesar 40% dari nilai Piutang Dagang.
b.               Neraca Tahun 2008
Berdasarkan data sekunder yang tersedia pada CV. Bima Berkah Mandiri Tegal dapat diketahui bahwa neraca tahun 2008 adalah seperti yang tampak pada tabel 2 sebagai berikut:
Tabel 2
CV. Bima Berkah Mandiri Tegal
NERACA
Per 31 Desember 2008

Aktiva Lancar                                          Utang Lancar                                          
Kas                    Rp.   251.200.000                                       Utang Dagang   Rp.         1.152.508.000
Kas di Bank                            Rp.              150.000.000       Utang Pajak       Rp.        30.804.200
Piutang Dagang                       Rp.              1.392.225.000
Persediaan         Rp.  366.408.000              
                                                                                                        
Jumlah Aktiva Lancar  Rp. 2.159.833.000                                         Jumlah Utang Lancar               Rp.                                                 1.183.312.200 
                                                                
Aktiva Tetap                                             Modal       
Tanah                                     Rp.              78.408.000         Modal Sendiri    Rp.        1.259.390.130
Bangunan          Rp.  142.135.000                                         Laba Usaha   Rp.            130.209.800    
Penyst.        Rp.  (7.106.750)                    
Nilai Buku         Rp. 135.028.250
Peralatan     Rp.   20.150.400
Penyst.        Rp.  (1.007.520)
Nilai Buku         Rp.   19.142.880                   
Kendaraan         Rp. 190.000.000
Penyst.        Rp.   (9.500.000)                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                     Nilai Buku         Rp. 180.500.000
                                                                        
Jumlah Aktiva Tetap                Rp.    413.079.130                             Jumlah Modal Sendiri   Rp.       1.389.599.930            
Total Aktiva              Rp. 2.572.912.130  Total Pasiva                    Rp. 2.572.912.130
Sumber: CV. Bima Berkah Mandiri (2008)

1) Besarnya modal kerja menurut konsep kuantitatif adalah semua elemen modal kerja, sehingga modal kerjanya adalah jumlah dari total aktiva lancar sebesar Rp. 2.159.833.000
2) Besarnya modal kerja menurut konsep kualitatif adalah selisih antara Aktiva Lancar dengan Hutang Lancar, yaitu:
Rp. 2.159.833.000 – Rp. 1.183.312.200 = Rp. 976.520.800
3)  Besarnya modal kerja menurut konsep fungsional: 
      Modal Kerja (Working Capital)
Kas                                                                              Rp.    251.200.000
Kas di Bank                                                                Rp.    150.000.000
Piutang Dagang (70%*)                                                                           
(70% x Rp. 1.392.225.000)                                         Rp.    974.557.500
Persediaan                                                                   Rp.    366.408.000
Penyusutan Bangunan                                                Rp.        7.106.750
Penyusutan Peralatan Kantor                                      Rp.        1.007.520
Penyusutan Kendaraan                Rp.        9.500.000 
Total Modal Kerja                                                    Rp. 1.759.779.770
Bukan Modal Kerja (Non Working Capital)
Tanah                                                                          Rp.      78.408.000
Bangunan                                                                    Rp.    135.028.250
Peralatan Kantor                                                         Rp.      19.142.880
Kendaraan                                   Rp.    180.500.000
Total Bukan Modal Kerja                                        Rp.    413.079.130
Modal Kerja Potensial (Potensial Capital)                          
Keuntungan dalam Piutang Dagang (30%*­­)              
(30% x Rp. 1.392.225.000)                                         Rp.    417.667.500
*) Penjualan dengan kredit dengan profit margin sebesar 30%, sehingga yang diakui sebagai Piutang Dagang adalah sebesar 70% dari nilai Piutang Dagang dan keuntungan dalam Piutang Dagang adalah sebesar 30% dari nilai Piutang Dagang.
c.               Neraca Tahun 2009
Berdasarkan data sekunder yang tersedia pada CV. Bima Berkah Mandiri Tegal dapat diketahui bahwa neraca tahun 2009 adalah seperti yang tampak pada tabel 3 sebagai berikut:
Tabel 3
CV. Bima Berkah Mandiri Tegal
NERACA
Per 31 Desember 2009

Aktiva Lancar                                          Utang Lancar                                          
Kas                    Rp.   300.000.000                                       Utang Dagang   Rp.         1.108.005.000
Kas di Bank                            Rp.              200.000.000       Utang Pajak       Rp.        56.577.800
Piutang Dagang                       Rp.              1.526.003.000    Utang Bunga Rp.            4.000.000
Persediaan         Rp.  573.206.000
              
                                                                                                        
Jumlah Aktiva Lancar  Rp. 2.599.209.000                                         Jumlah Utang Lancar               Rp.                                                 1.168.582.800 
                                                                
                                                                  Utang Jangka Panjang
                                                                  Utang Bank                      Rp. 200.000.000
                                      
                                                                  Jumlah Utang                  Rp. 1.368.582.800

Aktiva Tetap                                             Modal       
Tanah                                     Rp.              88.000.000         Modal Sendiri    Rp.        1.446.215.373
Bangunan          Rp.  135.028.250                                         Laba Usaha   Rp.            190.348.200    
Penyst.  Rp.  (6.751.613)                           
Nilai Buku         Rp. 128.276.637
Peralatan     Rp.   19.142.880
Penyst.            Rp.     (957.144)
Nilai Buku         Rp.   18.185.736                   
Kendaraan         Rp. 180.500.000
Penyst. Rp.   (9.025.000)                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                Nilai Buku         Rp. 171.475.000
                                                                         
Jumlah Aktiva Tetap       Rp.    405.937.373               Jumlah Modal Sendiri       Rp.                         1.636.563.573            
Total Aktiva      Rp. 3.005.146.373            Total Pasiva           Rp. 3.005.146.373
Sumber: CV. Bima Berkah Mandiri (2009)

1) Besarnya modal kerja menurut konsep kuantitatif adalah semua elemen modal kerja, sehingga modal kerjanya adalah jumlah dari total aktiva lancar sebesar Rp. 2.599.209.000.
2) Besarnya modal kerja menurut konsep kualitatif adalah selisih antara Aktiva Lancar dengan Hutang Lancar, yaitu:
Rp. 2.599.209.000 – Rp. 1.168.582.800 = Rp. 1.430.626.200
3)  Besarnya modal kerja menurut konsep fungsional: 
      Modal Kerja (Working Capital)
Kas                                                                              Rp.    300.000.000
Kas di Bank                                                                Rp.    200.000.000
Piutang Dagang (70%*)                                                                           
(70% x Rp. 1.526.003.000)                                         Rp. 1.068.202.100
Persediaan                                                                   Rp.    573.206.000
Penyusutan Bangunan                                                Rp.        6.751.613
Penyusutan Peralatan Kantor                                      Rp.           957.144
Penyusutan Kendaraan                Rp.        9.025.000 
Total Modal Kerja                                                    Rp. 2.158.141.857
Bukan Modal Kerja (Non Working Capital)
Tanah                                                                          Rp.      88.000.000
Bangunan                                                                    Rp.    128.276.637
Peralatan Kantor                                                         Rp.      18.185.736
Kendaraan                                   Rp.    171.475.000
Total Bukan Modal Kerja                                        Rp.    405.937.373
Modal Kerja Potensial (Potensial Capital)                          
Keuntungan dalam Piutang Dagang (30%*­­)              
(30% x Rp. 1.526.003.000)                                         Rp.    457.800.900
*) Penjualan dengan kredit dengan profit margin sebesar 30%, sehingga yang diakui sebagai Piutang Dagang adalah sebesar 70% dari nilai Piutang Dagang dan keuntungan dalam Piutang Dagang adalah sebesar 30% dari nilai Piutang Dagang.
d.               Laporan Laba Rugi Tahun 2007 s/d 2009
Selanjutnya setelah menampilkan neraca, berdasarkan data sekunder yang tersedia pada CV. Bima Berkah Mandiri Tegal maka pada tabel 4 berikut  ini ditampilkan laporan laba rugi tahun 2007 s/d 2009:
Tabel 4
CV. Bima Berkah Mandiri Tegal
LAPORAN LABA RUGI
Periode 31 Desember 2007 s/d 2009

2007
2008
2009
Penjualan Netto
Rp. 2.008.367.000
Rp. 2.375.257.000
Rp. 2.682.448.000
Persediaan Awal
Rp.      76.632.000
Rp.    215.221.000
Rp.    366.408.000
Pembelian
Rp. 1.923.592.000
Rp. 2.234.397.000
Rp. 2.488.159.000
Persediaan Akhir
Rp.    215.221.000
Rp.    366.408.000
Rp.    573.206.000
HPP
Rp. 1.785.003.000
Rp. 2.083.210.000
Rp. 2.281.361.000
Laba Kotor
Rp.    223.364.000
Rp.    292.047.000
Rp.    401.087.000
Biaya Operasi



   Biaya Penjualan
Rp.      55.000.000
Rp.      39.733.050
Rp.      50.517.600
   Biaya Administrasi Umum
Rp.      84.438.800
Rp.      87.500.000
Rp.      92.500.000
Jumlah Biaya Operasi
Rp.    139.438.800
Rp.    127.233.050
Rp.    143.017.600
Laba Netto Berasal dari Operasi
Rp.      83.925.200
Rp.    164.813.950
Rp.    258.069.400
Bunga
-
-
Rp.        5.150.000
Laba Sebelum Pajak
Rp.      83.925.200
Rp.    164.813.950
Rp.    252.919.400
Pajak
Rp.      11.873.780
Rp.      34.604.150
Rp.      62.571.200
Laba Netto Sesudah Pajak
Rp.      72.051.420
Rp.    130.209.800
Rp.    190.348.200
Sumber: CV. Bima Berkah Mandiri (2007 s/d 2009)
Berdasarkan data pada tabel 4 tersebut di muka, maka dapat diketahui bahwa laba bersih setelah pajak yang berhasil diraih CV. Bima Berkah Mandiri Tegal selama kurun waktu 2007 s/d 2009 selalu mengalami peningkatan, yaitu pada tahun 2007 sebesar Rp. 72.051.420,-, tahun 2008 meningkat menjadi Rp. 130.209.800,- dan pada tahun 2009 meningkat secara signifikan menjadi sebesar Rp. 190.348.200,-.
Peningkatan laba bersih yang signifikan pada tahun 2009 dibandingkan tahun sebelumnya tersebut dipicu oleh kenaikan penjualan yang terjadi secara kontinyu yang terlihat mulai pada tahun 2007 sampai dengan 2009. Kenaikan penjualan ini disebabkan karena kegiatan promosi penjualan dan upaya perusahaan memberikan insentif kepada salesman yang semakin gencar untuk merangsang penjualan yang terlihat dari biaya penjualan yang kembali mulai meningkat secara signifikan pada tahun 2009. 
e.               Modal Kerja dan Pendapatan Tahun 2007 s/d 2009
Berdasarkan kajian data neraca dan laporan laba/rugi CV. Bima Berkah Mandiri Tegal selama kurun waktu tahun 2007 s/d 2009, maka selanjutnya dapat disusun tabel modal kerja dan pendapatan sebagai berikut:
Tabel 5
Modal Kerja dan Pendapatan CV. Bima Berkah Mandiri Tegal
Tahun 2007 s/d 2009
Thn
Modal Kerja Kuantitatif
Modal Kerja Kualitatif
Modal Kerja Fungsional
Pendapatan
2007
Rp. 1.538.877.000
Rp.   212.901.220
Rp.1.148.955.937
Rp.   72.051.420
2008
Rp. 2.159.833.000
Rp.   976.520.800
Rp.1.759.779.770
Rp. 130.209.800
2009
Rp. 2.599.209.000
Rp.1.430.626.200
Rp.2.158.141.857
Rp. 190.348.200




Sumber: CV. Bima Berkah Mandiri (2007 s/d 2009)
Dengan memperhatikan tabel 5, maka dapat diketahui bahwa kondisi modal kerja CV. Bima Berkah Mandiri Tegal pada tahun 2007 hingga tahun 2009 baik secara kuantitatif, kualitatif maupun secara fungsional mengalami peningkatan yang sangat berarti. Peningkatan paling besar terjadi pada tahun 2008 dibandingkan tahun sebelumnya terutama jika dilihat melalui konsep kualitatif.
Demikian halnya dengan pendapatan yang diperoleh, selama kurun waktu tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 juga mengalami peningkatan. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2009 dibandingkan dengan tahun 2008. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan penjualan yang cukup besar sebagai dampak dari adanya peningkatan modal kerja pada tahun 2008, serta karena kegiatan promosi penjualan dan upaya perusahaan memberikan insentif kepada salesman yang semakin gencar untuk merangsang penjualan yang terlihat dari biaya penjualan yang juga kembali mulai meningkat secara signifikan pada tahun 2009. 
2.         Analisis Perputaran Modal Kerja
Analisis ini digunakan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dalam menggunakan sumber dayanya, dimana intensitas penggunaan aktiva diukur dari tingkat perputarannya. Kaitannya dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan pula tingkat perputaran masing-masing unsur dari modal kerja yang dalam hal ini meliputi:
a.               Perputaran Kas
Perputaran kas merupakan perbandingan antara hasil penjualan bersih dengan jumlah rata-rata kas. Perputaran kas menunjukkan berapa kali uang kas berputar selama operasi perusahaan pada periode tertentu. Mengenai perputaran kas CV. Bima Berkah Mandiri Tegal pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 dapat dilihat pada tabel 6 sebagai berikut:
Tabel 6
Perputaran Kas CV. Bima Berkah Mandiri Tegal
Tahun 2007 s/d 2009
Modal Kerja Kuantitatif
2007
2008
2009
Penjualan Bersih (Rp.)
2.008.367.000
 2.375.257.000
 2.682.448.000
Kas Awal Tahun (Rp.)
203.800.000
302.500.000
401.200.000
Kas Akhir Tahun (Rp.)
302.500.000
401.200.000
500.000.000
Kas Rata-Rata (Rp.)
253.150.000
351.850.000
450.600.000
Tingkat Perputaran Kas (Kali)
7,93
6,75
5,95
Periode Perputaran Kas (Hari)
45,40
53,33
60,50





Sumber: CV. Bima Berkah Mandiri (2007 s/d 2009)
Contoh Perhitungan untuk Tahun 2007:
Kas Rata-rata                                         =
                                                         =
                                                         =
                                                         = Rp. 253.150.000
Tingkat Perputaran Kas                         =
                                                         =
                                                         = 7,93 kali
Periode Perputaran Kas              =
                                                         =  
                                                         = 45,40 hari
Tabel 6 menunjukkan bahwa tingkat perputaran kas CV. Bima Berkah Mandiri dari tahun 2007 sampai tahun 2009, cenderung mengalami penurunan, yang berarti tingkat penggunaan kas menunjukkan semakin tidak efisien. Tingkat perputaran kas yang paling tinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu sebanyak 7,93 kali, sehingga menunjukkan pada tahun itu periode perputarannya menunjukkan paling pendek yaitu 45 hari (pembulatan), tingkat perputaran kas tahun 2008 yaitu sebanyak 6,75 kali, periode perputarannya yaitu 53 hari (pembulatan), sedangkan tingkat perputaran kas yang paling rendah terjadi pada tahun 2009 yaitu sebanyak 5,95 kali, sehingga menunjukkan pada tahun itu periode perputaran paling tinggi yaitu 60 hari (pembulatan).
Walaupun pada penjualan terdapat kenaikan, namun karena kas rata-rata juga mengalami kenaikan, serta banyaknya aktivitas kas yang tidak dapat menghasilkan peningkatan penjualan bersih, maka menyebabkan perputaran kas yang semakin tidak efisien. Aktivitas-aktivitas tersebut diantaranya kenaikan pada biaya-biaya usaha, pajak, bunga serta banyaknya utang lancar yang jatuh tempo yang memerlukan pembayaran melalui pengeluaran kas. Aktivitas pengeluaran kas terbesar yaitu pada biaya operasi dan pajak. Meskipun pada tahun 2008 biaya operasi mengalami penurunan, namun dalam hal beban pajak mengalami peningkatan, seiring dengan peningkatan penjualan. Sedangkan pada tahun 2009 disamping biaya operasi mengalami peningkatan cukup signifikan terutama pada biaya penjualan karena aktivitas promosi penjualan dan upaya perusahaan memberikan insentif kepada salesman yang semakin gencar untuk merangsang penjualan, memerlukan pengeluaran kas yang cukup besar. Hal ini berarti biaya penjualan belum dapat berdampak langsung pada peningkatan penjualan. Belum lagi peningkatan pajak dan beban bunga karena timbulnya utang bank yang cukup besar.
Aktivitas lain yang memicu pengeluaran kas yaitu pembayaran utang lancar.  Selama kurun waktu tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 banyak utang lancar yang jatuh tempo. Aktivitas ini dapat dilihat dengan semakin menurunnya nilai utang lancar, yaitu pada tahun 2007 sebesar Rp.   1.325.975.780, tahun 2008 sebesar Rp. 1.183.312.200, dan tahun 2009 menurun menjadi sebesar Rp. 1.168.582.800. Hal ini menunjukkan adanya penggunaan kas yang semakin meningkat namun tidak dapat berkontribusi langsung pada peningkatan pendapatan dan menyebabkan perputaran kas menjadi semakin tidak efisien.
b.               Perputaran Piutang
Piutang timbul karena adanya penjualan barang dagangan secara kredit. Posisi piutang perusahaan dapat dinilai dengan menghitung tingkat perputarannya dan rata-rata lamanya waktu pengumpulan piutang. Mengenai perputaran piutang CV. Bima Berkah Mandiri Tegal pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 dapat dilihat pada tabel 7 sebagai berikut:
Tabel 7
Perputaran Piutang CV. Bima Berkah Mandiri Tegal
Tahun 2007 s/d 2009
Modal Kerja Kuantitatif
2007
2008
2009
Penjualan Kredit (Rp.)
1.506.275.250
 1.781.442.750
 2.011.836.000
Piutang Awal Tahun (Rp.)
650.087.000
1.021.156.000
1.392.225.000
Piutang Akhir Tahun (Rp.)
1.021.156.000
1.392.225.000
1.526.003.000
Piutang Rata-rata (Rp.)
835.621.500
1.206.690.500
1.459.114.000
Tingkat Perputaran Piutang (Kali)
1,80
1,48
1,38
Periode Perputaran Piutang (Hari)
199
243,24
260,87





Sumber: CV. Bima Berkah Mandiri (2007 s/d 2009)
Contoh Perhitungan untuk Tahun 2007:
Piutang Rata-rata                                =
                                                =
                                                            = Rp. 835.621.500
Tingkat Perputaran Piutang =
                                                   =
                                                   = 1,80 kali
Periode Perputaran Piutang        =            
                                                              =  = 199 hari
Dari tabel 7 tersebut dimuka, maka dapat diketahui bahwa dengan kebijakan penjualan kredit maksimal 75% dari total penjualan maka tingkat efisiensi perputaran piutang CV. Bima Berkah Mandiri dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 cenderung mengalami penurunan yang berarti periode perputaran piutang semakin panjang. Tingkat perputaran piutang pada tahun 2007 yaitu sebanyak 1,80 kali dan periode perputaran piutang yaitu 199 hari (pembulatan), pada tahun 2008 tingkat perputaran piutang semakin rendah yaitu 1,48 kali dengan periode perputaran 243 hari (pembulatan) atau menjadi semakin lebih panjang periode perputarannya, dan pada tahun 2009 juga terus mengalami penurunan menjadi 1,38 kali dengan periode perputaran 261 hari (pembulatan) yang berarti periode perputarannya 18 hari lebih lama dari tahun 2008. Hal ini menunjukkan adanya penurunan efisiensi dalam hal perputaran piutang.
Penurunan efisiensi perputaran piutang ini disebabkan karena adanya kebijakan perusahaan meningkatkan penjualan dengan menurunkan profit margin pada penjualan secara kredit karena persaingan pasar yang semakin kompetitif pada tahun 2008 dan 2009 menjadi sebesar 30% dari profit margin tahun 2007 sebesar 40%. Kebijakan ini berdampak pada peningkatan penjualan secara kredit, yang kemudian piutang rata-rata mengalami peningkatan, di samping akan berpotensi pada timbulnya piutang tak tertagih. Dengan semakin tingginya piutang ragu-ragu ini maka akan berdampak pada semakin rendahnya tingkat perputaran piutang yang berarti akan semakin tidak efisien struktur dari piutang perusahaan.     
c.               Perputaran Persediaan
Perputaran persediaan (Inventory Turnover) menunjukkan berapa kali persediaan barang dijual dan diadakan kembali selama satu periode akuntansi. Pada tabel 8 berikut ini merupakan perputaran persediaan CV. Bima Berkah Mandiri Tegal pada tahun 2007 sampai dengan 2009:
Tabel 8
Perputaran Persediaan CV. Bima Berkah Mandiri Tegal
Tahun 2007 s/d 2009
Modal Kerja Kuantitatif
2007
2008
2009
HPP (Rp.)
1.785.003.000
2.083.210.000
2.281.361.000
Persediaan Awal Tahun (Rp.)
76.632.000
215.221.000
366.408.000
Persediaan Akhir Tahun (Rp.)
215.221.000
366.408.000
573.206.000
Persediaan Rata-Rata (Rp.)
145.926.500
290.814.500
469.807.000
Tingkat Perputaran Persediaan (Kali)
12,23
7,16
4,86
Periode Perputaran Persediaan (Hari)
29,44
50,28
74,07






SSumber: CV. Bima Berkah Mandiri (2007 s/d 2009)
Contoh Perhitungan untuk Tahun 2007:
Persediaan Rata-rata                          =     
                                                =   
                                                =    Rp. 145.926.500
Tingkat Perputaran Persediaan                    =     
                                                                     =   
                                                                     =    12,23 kali
Periode Perputaran Persediaan              =       
                                                                     =   
                                                                     = 29,43 hari
Tabel 8 tersebut di muka menunjukkan bahwa tingkat perputaran persediaan CV. Bima Berkah Mandiri pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 cenderung mengalami penurunan. Tahun 2007 tingkat perputaran persediaan sebanyak 12,23 kali dan periode perputaran persediaan yaitu selama 29 hari (pembulatan). Pada tahun 2008 tingkat perputaran persediaan mengalami penurunan menjadi 7,16 kali dengan  periode perputaran persediaan selama 50 hari (pembulatan), sedangkan  pada tahun 2009 tingkat perputaran persediaan kembali mengalami penurunan yaitu 4,86 kali dengan periode perputaran persediaan selama 74 hari (pembulatan). Hal ini berarti bahwa selama tiga tahun tersebut terjadi penurunan tingkat perputaran persediaan, yang berarti semakin lama pula periode perputaran persediaan yang ada di gudang. Penurunan tingkat perputaran persediaan disebabkan oleh Sell Out pada produk yang lambat daripada kenaikan persediaan. Hal ini menunjukkan adanya dana/cost yang tidak digunakan secara efisien untuk penyimpanan persediaan di gudang. Penumpukan persediaan barang dagangan di gudang ini merupakan kesalahan atau belum dilakukannya penyesuaian economic order quantity (EOQ) berdasarkan daya serap produk yang ditawarkan perusahaan.
d.               Analisis Working Capital Turnover
Setelah melakukan analisis perputaran kas, piutang, dan persediaan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisis perputaran modal kerja, yang dapat dilihat pada tabel 9 sebagai berikut:
Tabel 9
Perputaran Modal Kerja CV. Bima Berkah Mandiri Tegal
Tahun 2007 s/d 2009
Modal Kerja Kuantitatif
2007
2008
2009
Penjualan Bersih (Rp.)
2.008.367.000
 2.375.257.000
 2.682.448.000
Modal Kerja Kuantitatif  (Rp.)
212.901.220
976.520.800
1.430.626.200
Working Capital (%)
9,43
2,43
1,88




Sumber: CV. Bima Berkah Mandiri (2007 s/d 2009)
Contoh Perhitungan untuk Tahun 2007:
WCT                     =  x 100%
                              =  x 100%
                              =  9,43%
Mengacu pada data tabel 9, maka dapat diketahui bahwa berdasarkan konsep kuantitatif, terjadi penurunan kualitas modal kerja dalam menghasilkan penjualan bersih perusahaan. Pada tahun 2007 perputaran modal kerja adalah sebesar 9,43 kali dalam setahun. Tahun 2008 mengalami penurunan yang sangat drastis dengan perputaran menjadi sebesar 2,43 kali, dan pada tahun 2009 kembali mengalami penurunan menjadi 1,88 kali dalam setahun. Indikator dari penyebab penurunan modal kerja ini ditunjukkan dari adanya penurunan perputaran kas, piutang dan persediaan sebagai berikut:
1)   Tingkat perputaran kas pada tahun 2007 sampai dengan 2009 yang mengalami penurunan dan periode perputaran kas yang semakin lama dari tahun ke tahun. Tingkat perputaran kas yang paling tinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu sebanyak 7,93 kali, sehingga menunjukkan pada tahun itu periode perputarannya paling pendek yaitu 45 hari, tingkat perputaran kas tahun 2008 yaitu sebanyak 6,75 kali, periode perputarannya yaitu 53 hari, sedangkan tingkat perputaran kas yang paling rendah terjadi pada tahun 2009 yaitu sebanyak 5,95 kali, sehingga menunjukkan pada tahun itu periode perputaran paling lama yaitu 60 hari.
Kondisi tersebut dipicu karena kas rata-rata yang mengalami kenaikan, serta banyaknya aktivitas kas yang tidak dapat menghasilkan peningkatan penjualan bersih, maka menyebabkan perputaran kas yang semakin tidak efisien. Aktivitas-aktivitas tersebut diantaranya kenaikan pada biaya-biaya usaha, pajak, bunga serta banyaknya utang lancar yang jatuh tempo yang memerlukan pembayaran melalui pengeluaran kas. Aktivitas pengeluaran kas terbesar yaitu pada biaya operasi dan pajak. Meskipun pada tahun 2008 biaya operasi mengalami penurunan, namun dalam hal beban pajak mengalami peningkatan, seiring dengan peningkatan penjualan. Sedangkan pada tahun 2009 disamping biaya operasi mengalami peningkatan cukup signifikan terutama pada biaya penjualan karena aktivitas promosi penjualan dan upaya perusahaan memberikan insentif kepada salesman yang semakin gencar untuk merangsang penjualan, memerlukan pengeluaran kas yang cukup besar. Hal ini berarti biaya penjualan belum dapat berdampak langsung pada peningkatan penjualan. Belum lagi peningkatan pajak dan beban bunga yang disebabkan karena utang bank yang nilainya cukup   besar.
Hal lain yang memicu pengeluaran kas yaitu pembayaran utang lancar.  Selama kurun waktu tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 banyak utang lancar yang jatuh tempo. Aktivitas ini dapat dilihat dengan semakin menurunnya nilai utang lancar, yaitu tahun 2007 sebesar Rp. 1.325.975.780, tahun 2008 sebesar Rp. 1.183.312.200, dan tahun 2009 menurun menjadi sebesar Rp. 1.168.582.800. Hal ini menunjukkan adanya penggunaan kas yang semakin meningkat namun tidak dapat berkontribusi langsung pada peningkatan pendapatan dan menyebabkan perputaran kas menjadi semakin tidak efisien.
2)   Tingkat efisiensi perputaran piutang CV. Bima Berkah Mandiri dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 cenderung mengalami penurunan yang berarti periode perputaran piutang semakin panjang. Tingkat perputaran piutang pada tahun 2007 yaitu sebanyak 1,80 kali dan periode perputaran piutang yaitu 199 hari, pada tahun 2008 tingkat perputaran piutang semakin rendah yaitu 1,48 kali dengan periode perputaran 243 hari atau menjadi semakin lebih panjang periode perputarannya, dan pada tahun 2009 juga terus mengalami penurunan menjadi 1,38 kali dengan periode perputaran 261 hari yang berarti periode perputarannya 18 hari lebih lama dari tahun 2008.
 Efisiensi perputaran piutang yang menurun tersebut  disebabkan karena adanya kebijakan perusahaan meningkatkan penjualan dengan menurunkan profit margin pada penjualan secara kredit karena persaingan pasar yang semakin kompetitif pada tahun 2008 dan 2009 menjadi sebesar 30% dari profit margin tahun 2007 sebesar 40%. Kebijakan ini berdampak pada peningkatan penjualan secara kredit, yang kemudian piutang rata-rata mengalami peningkatan, di samping akan berpotensi pada timbulnya piutang tak tertagih. Dengan semakin tingginya piutang ragu-ragu ini maka akan berdampak pada semakin rendahnya tingkat perputaran piutang yang berarti akan semakin tidak efisien struktur dari piutang perusahaan.
3)   Tingkat perputaran persediaan CV. Bima Berkah Mandiri pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 cenderung mengalami penurunan. Tahun 2007 tingkat perputaran persediaan sebanyak 12,23 kali dan periode perputaran persediaan yaitu selama 29 hari. Pada tahun 2008 tingkat perputaran persediaan mengalami penurunan menjadi 7,16 kali dengan  periode perputaran persediaan selama 50 hari, sedangkan  pada tahun 2009 tingkat perputaran persediaan kembali mengalami penurunan yaitu 4,86 kali dengan periode perputaran persediaan selama 74 hari. Hal ini berarti bahwa selama tiga tahun tersebut terjadi penurunan tingkat perputaran persediaan, yang berarti semakin lama pula periode perputaran persediaan yang ada di gudang.
Tingkat perputaran persediaan yang menurun tersebut disebabkan oleh Sell Out pada produk yang lambat daripada kenaikan persediaan. Hal ini menunjukkan adanya dana/cost yang tidak digunakan secara efisien untuk penyimpanan persediaan di gudang. Penumpukan persediaan barang dagangan di gudang ini merupakan kesalahan atau belum dilakukannya penyesuaian economic order quantity (EOQ) berdasarkan daya serap produk yang ditawarkan perusahaan.















BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.        Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis pada bab IV, maka dapat disimpulkan bahwa menurut konsep kuantitatif, terjadi penurunan kualitas modal kerja dalam menghasilkan penjualan bersih perusahaan pada CV. Bima Berkah Mandiri Tegal. Pada tahun 2007 perputaran modal kerja adalah sebesar 9,43 kali dalam setahun. Tahun 2008 mengalami penurunan yang sangat drastis dengan perputaran menjadi sebesar 2,43 kali, dan pada tahun 2009 kembali mengalami penurunan menjadi 1,88 kali dalam setahun. Indikator dari penyebab penurunan modal kerja ini ditunjukkan dari adanya penurunan perputaran kas, piutang dan persediaan sebagai berikut:
1.   Tingkat perputaran kas pada tahun 2007 sampai dengan 2009 yang mengalami penurunan dan periode perputaran kas yang semakin lama dari tahun ke tahun. Tingkat perputaran kas yang paling tinggi terjadi pada tahun 2007, sehingga menunjukkan pada tahun itu periode perputarannya paling pendek, sedangkan tingkat perputaran kas yang paling rendah terjadi pada tahun 2009, sehingga menunjukkan pada tahun itu periode perputaran paling lama.
2.   Tingkat efisiensi perputaran piutang CV. Bima Berkah Mandiri dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 cenderung mengalami penurunan yang berarti periode perputaran piutang semakin panjang.
3.   Tingkat perputaran persediaan CV. Bima Berkah Mandiri pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 cenderung mengalami penurunan. Hal ini berarti bahwa selama tiga tahun tersebut terjadi penurunan tingkat perputaran persediaan, yang berarti semakin lama pula periode perputaran persediaan yang ada di gudang.
B.  Saran
Beberapa saran terkait dengan hasil penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1.      Fokuskan aktivitas kas pada program produktif perusahaan yang dapat meningkatkan penjualan. Biaya penjualan yang didominasi oleh promosi dan insentif perlu ditinjau ulang mekanismenya sehingga efektif.
2.      Kebijakan penetapan profit margin pada penjualan secara kredit hendaknya disesuaikan kembali, di mana sesuai dengan penelitian ini maka idealnya dikembalikan pada posisi 40% dari piutang.
3.      Perlu adanya penyesuaian dalam kebijakan persediaan agar disesuaikan dengan daya serap pasar terhadap produk yang dihitung menggunakan teknik economic order quantity (EOQ).











DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim. 2002. Manajemen Keuangan. Edisi 2. Yogyakarta: BPFE.
AL. Haryono Jusup. 1984. Dasar-Dasar Akuntansi. Yogyakarta: Liberty.
Alexs Nitisemito. 1999. Pembelanjaan Perusahaan. Jakarta: Ghalia Indonesia. 
Bambang Riyanto. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: UGM.
Darmowarsito. 1999. Soal-Soal Pembelanjaan Perusahaan. Bandung: Geosurvey.
J. Fred Weston. 2000. Manajemen Keuangan. Jakarta: Erlangga.
Jhon Suprihanto. 1999. Manajemen Modal Kerja. Yogyakarta: BPFE.
Mardiasmo. 2006. Perpajakan. Yogyakarta: Andi.
M. Agung dan Bambang Hermanto. 2000. Financial Statement Analisis. Jakarta: Mondial.
S. Munawir. 2001. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty



Tidak ada komentar:

Posting Komentar